Menyikapi Gempa Megathrust dan Tsunami Laut Selatan Jawa, BPBD DIY Gelar Simulasi Edukasi Warga

- 28 September 2020, 22:57 WIB
ILUSTRASI catatan gempa bumi.*
ILUSTRASI catatan gempa bumi.* /zonapriangan.com/PIXABAY

POTENSI BISNIS - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Edi Basuki mengatakan, rencananya pada 6 Oktober 2020 mendatang, pihaknya akan menyelenggarakan simulasi kepada masyarakat dengan BMKG dan BNPB.

Simulasi tersebut berupa kegiatan mengintensifkan edukasi kepada masyarakat pesisir menyikapi potensi gempa megathrust di ujung Banten sampai dengan Banyuwangi dalam mengurangi risiko bencana. 

Rencananya, kata dia, simulasi akan menggunakan skenario terjadi gempa bumi sebesar magnitudo 9 dengan disusul tsunami mencapai 20 meter.

Baca Juga: Ilham Habibie: UMKM Indonesia Perlu Sentuhan Teknologi Sehingga Dapat Berkembang Secara Kapasitas

Pihaknya mengambil risiko terburuk dalam simulasi untuk mengedukasi masyarakat ketika nantinya bencana besar itu benar-benar terjadi. 

"Dalam waktu dekat ini BPBD akan menggelar simulasi kebencanaan dengan skenario seolah terjadi gempa dengan magnitudo 9. Hal ini dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bilamana terjadi kemungkinan terburuk," kata Edy Basuki, Senin 28 September 2020. 

Ia mengakui, akhir-akhir ini masyarakat cukup resah dengan adanya isu megathrust di ujung Banten sampai Banyuwangi.

Baca Juga: Pemerintah Mengawal Ketat Dana Proyek Prioritas Senilai Rp54,9 T untuk Atasi Banjir Rob Pantura

Sehingga BPBD berusaha menenangkan masyarakat dengan memberikan edukasi masyarakat, khususnya di kawasan pesisir bagaimana cara menyelamatkan diri hingga dapur umum.

“Upaya terbaik menggunakan risiko paling tinggi, jadi kita berikan edukasi bagaimana jika benar-benar terjadi gempa dahsyat dan tsunami di wilayah Gunung Kidul,” ucapnya, dilansir Antara.

Edi juga mengakui saat ini, wilayah selatan Gunung Kidul hanya memiliki satu alat deteksi tsunami yang masih berfungsi yakni di wilayah Pantai Baron.

Baca Juga: Kemenperin Fokus Melakukan Inovasi Ekosistem Industri 4.0 untuk Mensiasati AKB di Tengah Pandemi

Menurutnya, alat serupa di lokasi lain mengalami kerusakan akibat gelombang tinggi beberapa tahun lalu. 

“Untuk alat deteksi tsunami banyak yang roboh dan rusak, yang di Baron masih bisa aktif kemarin dicek sirinenya. Yang lainnya ada kerusakan, karena aset BNPB kita masih menunggu untuk perbaikan EWS tsunami itu,” ujarnya. 

Namun begitu, saat ini BMKG tengah memasang alat deteksi tsunami di wilayah perbatasan Bantul dengan Gunung Kidul.

Alat tersebut dapat mendeteksi tsunami dengan jarak 100 kilometer. Namun sampai saat ini masih dalam proses pembangunan. 

Baca Juga: Komisi VIII DPR RI Minta Biaya Sertifikasi Halal Masuk RUU Ciptakerja Supaya Peran BPJPH Optimal

“BMKG memasang di perbatasan Bantul - Gunung Kidul dengan kemampuan deteksi 100 kilometer dari bibir pantai, sudah dibangun masih dalam proses,” papar Edi. 

Ia menambahkan, secara umum Gunung Kidul saat ini memasuki musim pancaroba. Dengan begitu, masyarakat juga diimbau untuk waspada bencana alam seperti angin kencang serta banjir.

“Banjir biasanya di Sungai Oya dan Gedangsari, kemudian angin kencang, komplit kalau di Gunung Kidul. Kami imbau masyarakat tetap waspada,” imbaunya.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x