“Upaya terbaik menggunakan risiko paling tinggi, jadi kita berikan edukasi bagaimana jika benar-benar terjadi gempa dahsyat dan tsunami di wilayah Gunung Kidul,” ucapnya, dilansir Antara.
Edi juga mengakui saat ini, wilayah selatan Gunung Kidul hanya memiliki satu alat deteksi tsunami yang masih berfungsi yakni di wilayah Pantai Baron.
Baca Juga: Kemenperin Fokus Melakukan Inovasi Ekosistem Industri 4.0 untuk Mensiasati AKB di Tengah Pandemi
Menurutnya, alat serupa di lokasi lain mengalami kerusakan akibat gelombang tinggi beberapa tahun lalu.
“Untuk alat deteksi tsunami banyak yang roboh dan rusak, yang di Baron masih bisa aktif kemarin dicek sirinenya. Yang lainnya ada kerusakan, karena aset BNPB kita masih menunggu untuk perbaikan EWS tsunami itu,” ujarnya.
Namun begitu, saat ini BMKG tengah memasang alat deteksi tsunami di wilayah perbatasan Bantul dengan Gunung Kidul.
Alat tersebut dapat mendeteksi tsunami dengan jarak 100 kilometer. Namun sampai saat ini masih dalam proses pembangunan.
Baca Juga: Komisi VIII DPR RI Minta Biaya Sertifikasi Halal Masuk RUU Ciptakerja Supaya Peran BPJPH Optimal
“BMKG memasang di perbatasan Bantul - Gunung Kidul dengan kemampuan deteksi 100 kilometer dari bibir pantai, sudah dibangun masih dalam proses,” papar Edi.
Ia menambahkan, secara umum Gunung Kidul saat ini memasuki musim pancaroba. Dengan begitu, masyarakat juga diimbau untuk waspada bencana alam seperti angin kencang serta banjir.