Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Bamsoet: Kita Harus Mengedapankan Kolaborasi

- 26 Oktober 2020, 12:55 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet).
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet). /ANTARA

POTENSI BISNIS - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengutarakan, peringatan 92 tahun Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020 mendatang penuh dengan tantangan.

Oleh karena itu, kata dia, harus mengedepankan kolaborasi, sebagaimana diungkapkan dalam kanal Youtube Bamsoet Channel.

Menurutnya, dunia saat ini sedang memasuki era industri 4.0, yang selalu bergejolak tidak pasti, kompleks dan membingungkan yang disebut dengan era Fuka.

Baca Juga: Muncul Kepulan Asap Misterius Depan Masjid Istiqlal Jakarta, Pertanda Apa?

"Cara lama harus kita pinggirkan, zaman kompetisi harus kita kurangi. Era kolaborasi lah yang harus kita kedepankan saat ini untuk Indonesia maju," kata Bamsoet.

Lebih lanjut, Bamsoet mengatakan, era Fuka ini semakin besar, terutama dunia saat ini sedang bergerak pesat menuju era digitalisasi.

"Sehingga jika kita tak mampu beradaptasi dan tak bisa menyiapkan generasi selanjutnya secara baik, tentu Indonesia akan tertinggal dari negara-negara lain," kata Bamsoet.

Baca Juga: Soal Oknum Polisi Kurir Sabu, Irjen Argo Sebut 113 Polisi Dipecat Sepanjang 2020 Kasus Narkoba

Tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini semakin berat dikarenakan pandemi Covid-19 dan ancaman resesi ekonomi.

"Saat ini kita sedang dihadapkan oleh sebuah wabah atau pandemi Covid-19, dan ancaman resesi ekonomi yang tentu akan menjadi verat bagi kita sebagai bangsa," paparnya.

Pada saat bersamaan, kata Bamsoet, Indonesia juga sedang mempersiapkan tahun emas Indonesia pada tahun 2045.

Usai menyampaikan pesan untuk peringatan Hari Sumpah Pemuda, Bamsoet bersama arti yang sekaligus juga Youtuber Irfan Hakim mengumumkan giveaway dari program sepeda 'Kuning Bamsoet'.

Baca Juga: Info Gempa Hari Ini, Warga Pangandaran Panik Teriak Dua Korban di Ciamis Tertimpa Reruntuhan Rumah

Berbeda, sementara Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 terwujud berkat persatuan pemikiran para pemuda bangsa dalam menyingkirkan isu primodalialisme.

Menurtnya, bahwa sikap anak-anak muda yang demikian perlu ditiru meski mereka bersekolah di STOVIA yang merupakan kalangan mapan.

"Sikap anak-anak muda yang mementingkan hal yang lebih besar daripada primodalialisme perlu ditiru, meski mereka dari kalangan mapan bisa sekolah di STOVIA, yang merupakan sekolah kedokteran eli pada masa itu, dan sekolah yang lainnya. Mereka tetap ingin bangsa ini lepas dari penjajahan, di tengah kesibukan belajar tetap memikirkan bangsanya," kata Jazilul.

Ia pun memuji Kongres II Pemuda yang mencetuskan Sumpah Pemuda tersebut. Menurutnya, itu merupakan cikal bakal adanya Indonesia, dan sumpah yang diucapkan amsih relevan sampai kapanpun.

Menurutnya, generasi muda terdidik yang berasal dari berbagai suku, agam dan bahasa itu sadar apabila masing-masing suku berjuang sendiri-sendiri, maka daya dobrak yang ada dirasa kurang,

Semangat Sumpah Pemuda, menurutnya perlu terus dirawat, dilestarikan dan diserukan, dikutip ANTARA.

Sebab sebagai bangsa yang besar terdiri dari ribuan pulau dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud hingga Pulau Rote yang didalamnya tinggal beragam penduduk memiliki latar suku, agama dan bahasa yang berbeda bangsa ini rentan di ancaman disintegrasi bangsa.

"Potensi-potensi itu, disintegrasi bangsa itu ada, mengutip kata Bung Karno, Jas Mera- jangan jangan sekali melupakan sejarah," ujarnya.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x