Korupsi Boleh Asal Ekonomi Bagus, Mahfud MD: Banyak Termakan Bohong

- 3 Mei 2021, 19:01 WIB
Menkopolhukam Mahfud MD.
Menkopolhukam Mahfud MD. /Tangkapan layar instagram.com/@mohmahfudmd

Tahun 1966 saat Bung Karno turun, angka kemiskinan tersisa 54 persen dari sebelum merdeka yang mungkin lebih dari 99 persen.

Saat Soeharto jatuh tahun 1998 angka kemiskinan tersisa 18 persen. Pada era reformasi setelah melalui Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY (1998-2014) jumlah orang miskin turun lagi tinggal 11,9 persen.

Pada akhir pemerintahan Jokowi I (2019) turun lagi tinggal 9,1 persen dan tahun 2020 naik krn ada pandemi Covid-19 menjadi 9,7 persen, seperti yang terjadi di seluruh dunia.

“Jadi karena kita punya negara merdeka maka kita bisa menurunkan jumlah orang miskin dari waktu ke waktu, meskipun banyak korupsinya, apalagi kalau tidak ada korupsi. Itu pernyataan saya,” ujar Mahfud.

Jadi, lanjut Mahfud, dua statement tersebut berbicara dua hal yang berbeda, yang tak punya hubungan kausalitas.

Pertama, demokrasi kita dianggap sudah kebablasan sehingga melahirkan banyak korupsi. Ini harus diperbaiki sebagai bagian dari upaya melawan korupsi.

Kedua, karena negara kita merdeka, maka angka kemiskinan turun secara konsisten dari waktu ke waktu.

Meski banyak korupsi, berkah kemerdekaan itu telah menurunkan angka kemiskinan secara konsisten dari waktu ke waktu, apalagi jika tidak ada korupsi.

“Banyaknya korupsi itu fakta, turunnya angka kemiskinan itu fakta lain yang tak ada hubungan kausalitas. Di mana selenco-nya,” kata dia.***

Halaman:

Editor: Pipin L Hakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x