Isabella Guzman Tikam 151 Kali Ibunya Idap Skizofrenia Paranoid, Curiga Tak Jelas Ini Pengertiannya

- 7 September 2020, 20:46 WIB
Isabella Guzman.
Isabella Guzman. /Youtube/

POTENSI BISNISI - Isabella Guzman merupakan seorang gadis remaja (18) asal Colorado, Amerita Serikat (AS), ia dijadikan sebagai tersangka setelah menikam ibunya sebanyak 151 kali, pada Agustus 2013 lalu.

Namun, tersangka justru tidak diberikan hukuman penjara melainkan dikirim ke rumah sakit jiwa.

Pengadilan setempat rupanya menyatakan bahwa tersangka bernama Isabella Guzman itu mengalami gangguan kejiwaan.

Baca Juga: Mulai September 2020, Iuran BP Jamsostek Turun Harga Ada yang Sampai 99 Persen

Seperti dikabarkan, pada Desember 2013 Isabella mengaku menderita penyakit mental. Pengadilan pun terlebih dahulu mengirim Isabella ke rumah sakit jiwa setempat untuk dilakukan evaluasi. Sebagaimana dilansir PotensiBisnis.com dari Pikiran-Rakyat.com "Dinyatakan Tak Bersalah, Isabella Guzman Remaja di AS yang Tikam Ibunya Idap Skizofrenia Paranoid".

Lalu pada saat persidangannya berlangsung, seorang hakim meninjau hasil evaluasi itu, dan memutuskan bahwa Isabella tidak bersalah dengan alasan kegilaan. Isabella kemudian dikirim ke Institut Kesehatan Mental Colorado di Pueblo, AS.

Jaksa Wilayah Yudisial, George Brauchler mengatakan bahwa meskipun pembunuhan yang dilakukan Isabella terbilang kejam, masih ada beberapa faktor yang membuat tersangka tidak dijatuhi hukuman penjara.

Baca Juga: Jadwal Timnas U-19 Indonesia vs Kroasia: Lawan yang Tak Bisa di Anggap Enteng, Selasa 8 September

Salah satu faktor tersebut adalah kesehatan mental yang dimiliki oleh tersangka.

"Sistem kami adalah sistem yang tidak hanya sarat dengan hukuman atau penjara, tetapi juga terikat pada keadilan, dan Anda harus melihat komponen ini, yaitu kesehatan mental," kata Brauchler.

Menurut keterangan medis yang menangani kasus Isabella, dr. Richard Pounds tersangka didiagnosis menderita Skizofrenia Paranoid.

"Ada tanda-tanda halusinasi yang jelas. Dia menatap ke luar angkasa, berbicara dengan orang-orang yang tidak ada, dan dia menertawakan dirinya sendiri," ungkap Pounds.

Baca Juga: Fakta Menarik Sirkuti Mandalika, Selain Lokasi MotoGP Diakui Bantu Pulihkan Ekonomi Pasca Covid-19

Skizofrenia Paranoid sendiri merupakan merupakan penyakit gangguan otak yang menyebabkan penderitanya mengalami kelainan dalam berpikir.

Penderita biasanya merupakan orang-orang yang masuk dalam masa-masa remaja hingga akhir dewasa.

Ketika ditanya berapa lama kemungkinan Isabella berada di rumah sakit jiwa, Brauchler menjawab untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

"Itu akan sampai dokter negara bagian ini menentukan bahwa dia tidak lagi menjadi risiko atau ancaman bagi dirinya sendiri atau komunitas. Bisa jadi satu tahun, dua tahun. Atau saja hingga sisa hidupnya," jawab Brauchler.

Isabella diketahui sempat meludahi dan memberikan pesan berisikan ancaman kepada korban. "Kamu akan membayarnya," tulis Isabella isi pesan tersebut.

Korban pun menjadi ketakutan terhadap sikap putrinya, sehingga ia memanggil mantan suaminya, Robert Guzman untuk berbicara dengan sang anak.

Robert kemudian menasihati Isabella bahwa sangatlah penting untuk menghormati seseorang yang lebih tua.

Pada awalnya, Robert berpikir bahwa Isabella akan berubah, namun pada akhirnya sang anak justru membunuh ibu kandungnya dengan kejam.

"Dalam percakapan itu, saya pikir saya membuat kemajuan, tetapi jelas saya tidak melakukan apa-apa, karena beberapa jam kemudian, hal ini terjadi," papar Robert.

Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid sebenarnya adalah istilah yang sama dengan skizofrenia tetapi secara spesifik menonjolkan salah satu gejala, yaitu sikap paranoid.

Sikap paranoid yang ditunjukkan akibat delusi ialah keyakinan yang tidak tergoyahkan dari sesuatu yang tidak benar atau tidak berdasarkan realita, yang dialami oleh penderita skizofrenia.

Penderita skizofrenia paranoid memiliki kecurigaan yang tidak beralasan mengenai orang-orang sekitarnya.

Penderita skizofrenia paranoid mengalami kecemasan dan rasa takut akibat delusi yang dialami dan memiliki kesulitan untuk memilah antara yang nyata dan tidak nyata.
Hal ini dapat merusak hubungan penderita skizofrenia paranoid dengan teman dan keluarganya.

Saat penderita skizofrenia paranoid mulai percaya bahwa orang-orang di sekitarnya akan melukainya, penderita akan mulai mengisolasi dirinya dan bahkan tidak ingin keluar dari rumah.

Terkadang penderita juga dapat mengalami halusinasi seperti mendengar suara-suara. Ada suatu stereotip di masyarakat yang mengaitkan kekerasan dengan penderita skizofrenia, tetapi sebenarnya penderita tidak akan melakukan kekerasan kecuali ketika merasa terancam dan marah.

Biasanya kekerasan dan kemarahan yang dialami oleh penderita skizofrenia paranoid hanya ditunjukkan di rumah dan kepada keluarga saja.

Penyebab dari gangguan skizofrenia paranoid belum diketahui secara pasti, tetapi skizofrenia paranoid dapat dipengaruhi oleh faktor genetik karena bisa diturunkan dalam keluarga.

Namun, tidak semua anggota keluarga yang memiliki kerabat yang mengalami skizofrenia paranoid juga akan menderita gangguan tersebut, seperti dikutip dari Sehatq.

Selain faktor genetik, terdapat beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang dapat mengalami gangguan skizofrenia paranoid, yaitu:

a. Memiliki kadar oksigen yang rendah saat masa kelahiran

b. Terinfeksi virus selum lahir atau saat bayi

c. Mengalami kekerasan saat masa kanak-kanak

d. Adanya keanehan pada otak

e. Berpisah atau kehilangan orangtua saat masih anak-anak

Penderita skizofrenia paranoid harus mendapatkan penanganan khusus dari dokter dan ahli kesehatan mental.

Penderita dapat diberikan obat-obatan untuk mengatasi delusi dan halusinasi yang dialami.
Penanganan dengan medikasi baru akan terasa sekitar tiga sampai enam minggu, beberapa medikasi baru akan menunjukkan efeknya saat 12 minggu sudah berlalu.

Selain medikasi, penderita skizofrenia dapat mengikuti psikoterapi. Salah satunya adalah terapi perilaku kognitif yang dapat membantu penderita untuk memisahkan delusi maupun halusinasi yang dialami dengan kenyataan.

Bila skizofrenia paranoid sudah parah, biasanya penderita akan dirujuk untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Pikiran Rakyat sehatq.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x