Namun, ketika Allah SWT mengutus seorang nabi yang bernama Muhammad SAW, sejak saat itu Jin tidak lagi dapat mendengarkannya.
“...dan sesungguhnya kami dahulu bisa menduduki sebagian tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi kini[1] barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (Al-Jin 9:72)
Etimologi
Asal pembentukan kata "jin" dari huruf 'jim' (ج) dan 'nun' (ن) menunjukkan makna tertutup, Syaikh al-Islam berkata: "Ia disebut jin karena ketertutupannya dari pandangan manusia."
Kata jin menurut bahasa (Arab) bermula dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi).
Berlaku Jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan setan adalah sifat dari setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau binatang.
Baca Juga: Tes Psikologi: Cara Memencet Pasta Gigi Bisa Mengatakan Sesuatu tentang Kepribadian Anda
Pandangan mitologi Arab
Anggapan orang-orang sebelum Islam datang, Jin dianggap sebagai makhluk keramat.
Ketika itu Jin wajib disembah dan dihormati lantaran oleh orang orang pada masa itu digambarkan dalam bentuk patung.