Alasan Mengapa Jokowi Enggan Disuntik Vaksin Covid-19 Duluan, Ini Kata Luhut

13 Desember 2020, 19:25 WIB
Tangkapan Layar Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) /Sekretariat Presiden

POTENSIBISNIS - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan, masih ada saat pihak yang meragukan keamanan vaksin corona atau Covid-19 karena memiliki efek samping.

Dari ke khawatiran tersebut, kata Luhut, pihak tersebut menginginkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) divaksin terlebih dahulu.

Luhut pun memastikan kesiapan Presiden Jokowi untuk disuntik vaksin corona atau Covid-19 bersama masyarakat.

Baca Juga: Prediksi Tren Fesyen 2021, Jessica Iskandar dan Raline Shah Angkat Bicara

"Presiden Jokowi, kemarin bilang, nanti saya disuntik ramai-ramai saja dengan rakyat. Jadi kelihatan," kata Luhut menyampaikan ungkapnya Jokowi dalam sebuah webinar, dikutip dari PMJNews pada Minggu 13 Desember 2020.

Oleh karena itu, Luhut meminta masyarakat agar tidak meragukan keaman vaksin corona atau Covid-19 ini.

"Jangan berburuk sangka, jauhkan itu. Pemerintah berikan yang terbaik kepada rakyat. Kalau Presiden mau disuntik duluan hari ini juga bisa. Tapi Presiden nggak mau, karena nanti dibilang maunya presiden sendiri duluan," ujar Luhut.

Baca Juga: Jelang Tahun Baru, Simak 4 Tips Mengelola Keuangan agar Tidak Boros saat Pandemi Covid-19

Dia menekankan, pihaknya ingin vaksinasi dilakukan secara tertib sesuai aturan. Termasuk untuk vaksinasi terhadap pejabat publik, seperti Jokowi.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua IV dan Ketua Pelaksana KPC-PEN Erick Thohir mengatakan, semua vaksin corona yang dipakai Kementerian Kesehatan aman karena sudah masuk daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Jangan terjebak di ini vaksin corona dari China, Amerika. Semua vaksin yang masuk daftar WHO dan juga sudah masuk uji klinis semua sama baiknya dan kita tadi sesuai keputusan surat Menkes (Menteri Kesehatan), kita pakai vaksin Amerika, Arab, China," ucap Erick.

Baca Juga: UPDATE Informasi Habib Rizieq Shihab, Polisi Memastikan Kondisinya Sehat

Vaksin Covid di Indonesia

Seperti diketahui, vaksin corona Sinovac tiba di Indonesia pada Minggu 6 Desember 2020 malam, dan mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Kemudian vaksin corona tersebut langsung dibawah menuju Kantor Pusat Bio Farma di Kota Bandung, Jawa Barat.

Adapun jumlah vaksin corona yaitu sebanyak 1,2 juta dosis yang diangkut menggunakan Pesawat Kargo khusus Garuda Indonesia.

Dari warehouse di terminal kargo Bandara Soekarno-Hatta, vaksin yang disimpan dalam 7 Envirotainer diangkut menggunakan 3 truk.

Baca Juga: Penyebar Video Ancaman Terhadap Mahfud MD, Berhasil Diamankan Polda Jatim

Kemudian vaksin corona atau Covid-19 disimpan ke dalam cool room dengan suhu 2-8 derajat celcius.

Ruangan tersebut telah disterilisasi dan disiapkan khusus untuk menyimpan vaksin corona sinovac. Kemudian akan dilakukan pengambilan sampel vaksin untuk pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Presiden Jowoki pada pidatonya yang ditayangkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

“Kita amat bersyukur, alhamdulillah vaksin sudah tersedia, artinya kita bisa segera mencegah meluasnya wabah COVID-19. Tapi, untuk memulai vaksinasi masih memerlukan tahapan-tahapan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” kata Jokowi.

Presiden juga mengatakan bahwa selain vaksin dalam bentuk jadi, dalam bulan ini juga akan tiba 15 juta dosis vaksin, dan di bulan Januari sebanyak 30 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku curah, yang akan diproses lebih lanjut oleh Bio Farma.

Jokowi pun mengingatkan meski vaksin sudah ada, kita tetap harus disiplin menjalankan protokol kesehatan, tetap disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) selalu harus terus kita lakukan.

Diharapkan dengan adanya vaksin corona sinovac ini, Indonesia bisa mengakhiri masa pandemi dan masyarakatnya bisa hidup normal seperti sedia kala.

Ada Tiga Golongan Pertama

Seperti dikabarkan sebelumnya, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) sekaligus Menteri Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto mengatakan tenaga Kesehatan seperti dokter dan perawat.

Kemudian aparat Kepolisian dan Tentara Republik Indonesia (TNI) merupakan garda depan yang akan mendapatkan injeksi vaksin Covid-19 terlebih dahulu.

Kami memohon kesabaran seluruh warga Indonesia karena vaksin datang secara bertahap dan karenanya kami harus membuat prioritas.

"Penetapan prioritas ini tekah mengikuti standar uang diberikan oleh WHO dan juga melalui Indonesia Technical Asviaor Group on Immunization (ITAGI) serta mereka yang ahli di bidangnya,” kata Airlangga dikutip PotensiBisnis dari situs Ekon.go.id.

Saat ini, pemerintah telah menyiapkan dua vaksin untuk sekitar 65 persen dari total penduduk Indonesia.

Vaksin yang disediakan yaitu vaksin program sebanyak 32 juta dosis yang digratiskan malaui iuran BPJS serta vaksin mandiri sebanyak 72 juta dosis.

“Sebanyak 32 juta dosis disiapkan untuk yang menerima bantuan iuran BPJS yang tidak memiliki komofit dan berusia antara 18-59 tahun. Rentang usia dan kondisi penerima ini disesuaikan dengan yang mengikuti uji klinis,” tambahnya.

Sedangkan untuk vaksin mandiri, Airlangga mengungkapkan bahwa hal tersebut dapat diakses melalui Sektor Industri Padat Karya di mana perusahaan menyediakan vaksin untuk karyawannya dan bisa didapat salah-satunya melalui BPJS Ketenagakerjaan.

Pemerintah Indonesia telah menyiapkan pengadaan vaksin sejak Maret 2020 melalui pembicaraan dengan Sinovac dan beberapa produsen vaksin lainnya.

Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti uji klinis fase ketiga dan dimulai di Bandung.

Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti uji klinis fase ketiga dan sekaligus juga mendapatkan kesempatan untuk akses yang pertama melakukan pembelian.

“Akses yang pertama itu pengirimannya sesuai dengan jadwal yang kemarin kita terima 1,2 juta di bulan Desember dan di tahun depan ada 1,8 juta dalam bentuk vaksin jadi (suntikan). Kemudian kita juga mendapatkan 15 juta di bulan Desember dalam bentuk bahan baku yang akan dipelajari Bio Farma dalam melakukan produksi vaksin,” kata Airlangga.

Airlangga menjelaskan, dalam tahapan persetujuan BPOM dan mendapatkan fatwa MUI, kedua lembaga ini sudah mengirim tim ke China.

Menurut Airlangga, BPOM dan MUI sudah melihat cara pembuatan vaksin di pabriknya di China.

Dari evaluasi dan fase ketiga uji klinis tersebut, Airlangga mengatakan, bahwa BPOM juga perlu mendapatkan seluruh informasi yang diperoleh oleh SINOVAC seluruh negara di luar Indonesia untuk dilakukan perbandingan.

Hal ini menurutnya untuk meyakinkan bahwa vaksin tersebut memiliki efektivitas serta melihat aspek keamanan, baku kutu dan presentasi keberhasilannya.

Pemerintah juga sudah melakukan pembicaraan dengan produsen vaksin yang lain seperti CAVAX, GAVI, Prizee, Astra Zeneca PLC serta Novavac. Selain itu, pemerintah juga telah mengembangkan vaksin Merah Putih.***

Editor: Pipin L Hakim

Tags

Terkini

Terpopuler