Ternyata Ini Sosok Suharjito Tersangka Dugaan Kasus Suap Edhy Prabowo

26 November 2020, 18:24 WIB
Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango (kanan) didampingi Deputi Penindakan Karyoto (Kedua kiri) menunjukkan barang bukti pada konferensi pers penetapan tersangka kasus dugaan korupsi ekspor benih lobster di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (26/11/2020) dini hari. KPK menetapkan tujuh tersangka dalam kasus korupsi tersebut, salah satunya yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. /Antara/

POTENSIBISNIS – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Suharjito sebagai pemeberi suap dugaan kasus korupsi yang menjerat Edhy Prabowo.

Penetapan tersebut beberapa saat setelah KPK menetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo sebagai tersangka.

Kasus yang menjerat mereka terkait dugaan penerimaan suap perizinan usaha perikanan budidaya lobster.

Baca Juga: Skenario Dampak Terburuk Gerhana Bulan Penumbra, Pakar Sebut Intensitas Hujan Lebat dan Banjir

Lalu siapa sosok Suharjito, yang juga Direktur PT Dua Putra Perkasa ?

Dikutip Potensibisnis.com dari laman resmi perusahaan duaputraperkasa.com, Direktur PT Dua Putra Perkasa ini merupakan lulusan Ekonomi Akuntansi dari salah satu universitas di Semarang.

Suhartijo sukses memimpin PT. Dua Putera Perkasa Pratama (DPP) yang berdiri sejak tahun 1998. Perusahaanya terus berkembang menjadi perushaan yang melayani pasar produk bahan makanan mentah dan olahan.

Baca Juga: Sinopsis Film The November Man Mantan Agen CIA Beradu dengan Muridnya

Awal mulanya perusahaan yang dia bangun ini merupakan perusahaan yang bergerak melakukan perdagan daging sapi.

“Saat itu saya telah membuat pabrik bakso. Perkembangan berikutnya, saya melihat peluang yang sama besar antara daging, unggas,dan ikan. Akhirnya saya putuskan untuk membuat pengolahan ikan,” kata Suhartijo.

Sebelum melakoni usaha olahan, pada 1990 ia datang dari Jepara ke Jakarta sebagai kontraktor lalu berkembang hingga menjadi developer.

Namum terpaan krisis moneter saat itu membuatnya mengubah haluan menjadi pengusaha pangan.

Jumlah sapi yang dipotongnya kala itu mencapai 200 ekor per hari guna mencukupi pasar Ibukota.

Lalu dia pun merambah ke usaha pengolahan ikan, seperti produk bakso, kornet, dan olahan ikan lainnya.

“Produk olahan ikan yang paling diminati sejauh ini oleh konsumen adalah bakso ikan,” ujarnya.

Kapasitas pabrik yang mampu memproduksi 15 ton olahan per hari dirasa kurang oleh Suhartijo. Melihat potensi pasar yang masih luas, ia pun menangkap peluang dengan mengambangkan pabriknya agar mampu berproduksi lima kali lebih banyak pada tahun 2016.

Selain pasar domestik, perusahaan yang dipunggawainya menyasar pasar Taiwan dengan produk fillet nila, dengan pasokan bahan baku dari Medan dan Sulawesi.

Ikan tenggiri pun tak luput dari pengamatannya, melalui sebuah pameran yang dihelat di Vietnam 2015, ia memperoleh konsumen untuk produk tersebut di Vietnam.

Sementara patin ia maksimalkan untuk kebutuhan lokal yang masih luas untuk dipenuhi.

Usaha ekspor yang digelutinya sejak 2013 lalu. Produk yang dibesutnya memang memiliki pangsa pasar kelas menengah dan bawah meski tidak meninggalkan beberapa produk untuk pasar kelas atas.

Pasar domestik yang disasar mencakup Sumatera dan Jabodetabek. Merek yang digunakan oleh Suharjito adalah “Kings Food”.

Pria yang memiliki hobi bekerja ini menilai perizinan yang ada di Indonesia sebagai hambatan utama dalam mengembangkan usaha.

Dari 5 kapal yang telah jadi baru 2 saja yang mengantongi izin, padahal permohonan telah diajukan jauh-jauh hari sebelumnya.

Pengurusan izin budidaya tambak miliknya pun mengalami proses yang panjang dalam memperoleh 9 izin yang harus dipenuhi.

“Perlu waktu satu tahun untuk mendapatkan izin tambak di Bengkulu,” katanya.

Suhartijo berharap agar kementrian terkait dapat memperbaiki sektor perizinan sehingga industri dalam negeri dapat berkembang.

Kini website perusahaan ini tiba-tiba tak dapat akses ***

Editor: Muhammad Sadili

Sumber: duaputraperkasa.com

Tags

Terkini

Terpopuler