Ditolak dan Dicibir, Tirto Utomo Pendiri Aqua tetap Teguh, Simak Kisahnya

2 Agustus 2020, 10:05 WIB
Ilustrasi: Air Minum dalam Kemasan Botol /pixabay/congerdesign

POTENSI BISNIS - Berawal dari tamu luar negeri yang sakit perut meminum air yang disajikan saat berkunjung ke Indonesia, Tirto Utomo melihat potensi bisnis untuk membuat air minum dalam kemasan. Indonesia masih menyajikan air minum yang direbus secara tradisonal. Tak pelak bau tanah pun masih terasa.

Dirinya bekerja di perusahaan asing. Kala ditugaskan ke luar negeri pun sering melihat ada air mineral dalam botol yang disediakan bebas dan dijual. Dengan tekad yang bulat dia memutuskan untuk membuat air minum dalam kemasan pertama di Indonesia.

Baca Juga: Pengusaha harus Mahir Negosiasi, Simak Caranya  

Untuk mengetahui cara pembuatan mineral langsung, dia memutuskan untuk datang ke Thailand. Meskipun salah satu petinggi militer di Indonesia Ibnu Sutowo, sempat meremehkan ide gilanya yang bisa diterapkan Indonesia. 

Setelah mengetahui cara membuat air minum dalam kemasan, dia keluar dari perusahaan asing dan membuat pabrik air minum dalam kemasan di Bekasi pada tanggal 23 Februari 1973, dengan nama: PT. Golden Missippi, kemudian dia mengubah nama perusahaanya menjadi PT. Aqua Golden Missippi.

Agustus 1974 adalah uji coba produksi. Menggunakan botol kaca 950 ml dan Aqua Galon yang terbuat dari kaca juga.

Perjuangan pun dimulai. Tak mudah memasarkan produk air minum dalam kemasan di Indonesia, karena belum banyak peminat dan tidak populer. Rancangan pemasaran dan optimisme Tirto berbagi tim ternyata gagal total.

Pasar Indonesia belum bisa menerima air minum dalam kemasan yang dijual. Maklum saja, Indonesia adalah negara kepulauan yang cadangan air bersihnya melimpah, dan kebiasaan masyarakatnya memasak terlebih dahulu air yang akan diminum.  Beberapa sempat berujar, untuk “apa memimum air mentah?.”

Baca Juga: Abdurrahman Bin Auf, Cara Kaya Tanpa Modal

Tiga tahun pertama penjualan tentu merosot, saat itu tirto hampir menutup pabrik Aqua karena ketidakjelasan masa depan perusahaanya. Bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya kondisi tirto, sudah keluar dari perusahaan hingga menghabiskan banyak uang. Namun, dibalik perjuangan ia malah menerima penolakan dan cibiran bertubi-tubi.

Kegilaan Tirto masih berlanjut, ditengah penolakan produknya, dia malah menaikkan harga jualnya hingga tiga kali lipat. Distribusi Aqua pun beralih dari masyarakat biasa ke perusahaan asing, seperti perusahan yang berasal dari korea saat sedang menangani proyek tol Jagorawi.

Akhirnya, orang mulai percaya Aqua merupakan air minum dengan kualitas tinggi, terlihat dari harganya yang mahal.

Perkembangan selanjutnya, Tirto mengratiskan tiga botol Aqua ke toko-toko pinggiran jalan. Ternyata respon peminat Aqua semakin meningkat. Hingga saat ini, aqua mulai dikenai biaya dalan penjualannya.

Seiring berjalanya waktu, aqua dipasarkan dan dikonsumsi di restoran mewah hingga perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Baca Juga: Hindari Hipertensi, Perhatikan 3 Langkah Penting Ketika Menyantap Daging Kambing

Aqua mampu melebarkan sayap dengan mensponsori kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON). Tujuannya membentuk pola pikir di masyarakat Aqua adalah air yang sehat dikonsumsi.

Kemudian tahun 1982, Aqua mengganti bahan air dari sumur bor ke air mata, karena dianggap mengandung zat alami dan kaya akan nutrisi.

Pasarnya semakin meluas ke luar negeri, pada tahun ini di negara Singapura, Malaysia, Maladewa, Australia, beberapa negara di Timur Tengah bahkan sampai ke benua Afrika.

Produk aqua menjadi produk yang sangat diminati masyarakat, bahkan jadi kebutuhan pokok air minum di Indonesia.

Ketika orang membeli air minum dalam kemasan, maka yang muncul dalam pikirannya adalah mengutip Aqua. Sementara yang dibeli belum tentu merek tersebut, atau mungkin merek lain. *** 

Editor: Rahman Agussalim

Tags

Terkini

Terpopuler