Presidium KAMI, Din Syamsuddin Beberkan Kekecewaannya Terhadap Presiden Jokowi

- 1 November 2020, 19:29 WIB
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin /ANTARA/Katriana

"Nah saya kecewa sekali acara yang bagus bagi presiden tidak dihadiri. Padahal surat dua kali, secara lisan 3-4 kali. Dan saya mendapat konfirmasi akan datang membuka. Presiden tidak datang, untung saya cepat menghubungi menteri luar negeri, Retno Marsudi akhirnya beliaulah yang membuka itu. Itu antara lain ya", sambung Din Syamsuddin.

Tak hanya kegiatan itu saja. Kegiatan lainnya seperti penyerahan hadiah dari seorang konglomerat yang berketurunan Tionghoa juga tak dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: Simak, Berikut Tanggapan Jokowi Soal Pernyataan Macron dan Kasus Teror di Prancis

Padahal saat itu, Din telah mengusahakan agar Indonesia yang dapat menerima hadiah itu karena pada saat itu, hadiah ini akan diberikan kepada negara islam tetapi lewat Raja Salman.

Akhirnya Din Syamsuddin berhasil melobby agar hadiah itu dapat diserahkan kepada Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Hadiah ini adalah sebuah sulaman Al-Quran yang dibuat di salah satu Provinsi islam di China. Hadiah ini diserahkan pada malam Nuzulul Quran, akan tetapi tiba-tiba istana membatalkan kedatangan presiden dan diwakilkan oleh Menteri Agama.

Din Syamsuddin merasa sangat kecewa atas sikap dari Presiden Jokowi tersebut, padahal menurutnya ini suatu hal yang bagus untuk menjalin hubungan dengan China dan penduduk Tionghoa di Indonesia.

Baca Juga: UMP Jakarta 2021 Naik, Anies Baswedan Kasih Bonus Bagi Peserta Kartu Prakerja

"Kegiatan-kegiatan lain yang bisa saya sampaikan umpamanya saya berbuat untuk mengalihkan hadiah dari seorang konglomerat berketurunan Tionghoa yang berdomisili di Kuala Lumpur, penganut agama Kong Hu Cu yang taat tapi bersimpati kepada Islam, yang diam-diam selama tiga tahun menyuruh orang di Provinsi Khusus Islam di Republik Tionghoa untuk menyulam Al-Quran, atau menulis Al-Quran dengan cara di sulam. Indah sekali. Sebuah karya seni yang sangat-sangat artistik sekali, yang waktu bertemu saya di Kuala Lumpur ingin menyerahkan kepada dunia Islam lewat Raja Salman, Saudi Arabia. Saya bilang kenapa tidak lewat Presiden Republik Indonesia negeri muslim terbesar. Setuju. Dan saya melakukan upaya, surat ke presiden, kemudian secara lisan, dan disepakati untuk diserahkan pada malam 17 Ramadhan, Peringatan Nuzulul Quran di Istana. Orangnya datang dengan pesawat khusus, membawa barang yang banyak itu sekaligus saya adakan dialog Islam Konghucu tingkat Asia. Dan sudah ada konfirmasi, 7 orang yang kita ajak ke Istana. Tau-tau menjelang waktunya dibatalkan oleh istana, terus terang saya kecewa berat. Sesuatu yang bagus dengan makna simbolik baik hubungan antara Indonesia, China, rakyat Indonesia dengan penduduk yang berketurunan Tionghoa, karena ini menyangkut penduduk yang bersifat keagamaan. Kan sudah diterima, sudah konfirm, tau-tau besok akan diterima oleh Menteri Agama gitu, tentu saya tidak setuju, itu antara lain saja ya", pungkas Din.***(Avillia Primaturin/JurnalPresisi PRMN)

Halaman:

Editor: Abdul Mugni

Sumber: Jurnal Presisi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah