Indonesia Tenggelam dalam Ketergantungan Antibiotik, Ancaman Serius bagi Kesehatan

- 21 April 2024, 16:09 WIB
Ilustrasi. Indonesia Tenggelam dalam Ketergantungan Antibiotik, Ancaman Serius bagi Kesehatan
Ilustrasi. Indonesia Tenggelam dalam Ketergantungan Antibiotik, Ancaman Serius bagi Kesehatan /Ahmad Ahyar/ARAHKATA

POTENSI BISNIS - Pemerintah dan masyarakat Indonesia sekarang dihadapkan pada masalah serius, yaitu kecanduan antibiotik.

Fenomena ini mengancam kesehatan publik karena pengetahuan yang minim terkait dengan dampak buruk penggunaan antibiotik secara tidak terkontrol.

Dalam periode setahun terakhir, penjualan antibiotik di Indonesia melonjak drastis, melebihi angka Rp10 Triliun.

Hal ini mengkhawatirkan, terutama karena penggunaan antibiotik yang tidak terkendali dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap obat tersebut.

Baca Juga: Putusan Sengketa Pilpres 2024 Akan Dibacakan Besok, Berikut Prediksi Para Pengamat

Profesor Rani Sauriasari dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menggarisbawahi bahwa lonjakan penjualan antibiotik sebagian besar terkait dengan meningkatnya kasus penyakit infeksi yang memerlukan obat tersebut.

Namun demikian, peningkatan yang signifikan ini juga disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kealpaan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan dalam penggunaan antibiotik.

Jika penggunaan antibiotik tidak tepat, bakteri dapat menjadi semakin resisten, mengancam efektivitas obat tersebut.

Oleh karena itu, perlunya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengendalikan penjualan dan penggunaan antibiotik di Indonesia.

Profesor Rani menekankan pentingnya menganalisis sumber perolehan antibiotik. Jika rumah sakit menjadi sumber utama, pengendalian resep dokter harus diperketat, dengan diagnosis yang jelas dan berdasarkan pola penyakit yang ada.

Baca Juga: 3 Link Twibbon Ucapan Hari Kartini 2024 Paling Menarik, Simak Cara Pasang dan Share di IG, WA

Sementara itu, Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dan peran apoteker di rumah sakit harus dioptimalkan.

Jika penjualan terbesar berasal dari apotek, penyerahan antibiotik harus dikontrol dengan ketat, hanya dengan resep dokter.

Apoteker memegang peran penting dalam menilai kebutuhan pasien, memberikan informasi dan edukasi obat, serta memantau efektivitas dan keamanan penggunaan antibiotik.

Resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan ancaman serius. Menurut World Health Organization, jumlah kematian akibat resistensi antibiotik mencapai 700.000 orang per tahun pada 2014.

Dengan perkembangan cepat resistensi antimikroba, perkiraan kematian akibatnya pada tahun 2050 dapat melebihi kematian akibat kanker.

“Bayangkan jika di masa depan terjadi pandemi infeksi bakteri multiresisten. Situasinya akan mirip dengan pandemi Covid-19 lalu, tidak ada antibiotik yang efektif untuk mengatasinya. Hal ini akan menjadi bencana kesehatan yang sangat serius,” ujar Prof.

Baca Juga: Tabrakan Maut Motor di Bekasi, Satu Orang Tewas di Tempat

Profesor Rani memperingatkan bahwa tanpa langkah yang tepat, kita dapat menghadapi pandemi infeksi bakteri multiresisten di masa depan, tanpa obat yang efektif untuk mengatasinya.

Oleh karena itu, edukasi, pengawasan, dan pengendalian yang ketat terhadap peresepan antibiotik sangat penting.

Peran PPRA dan apoteker harus diperkuat, sementara aturan tentang resep dokter harus ditegakkan dengan tegas.

Langkah-langkah ini harus didukung dengan riset untuk menemukan antibiotik baru, terutama untuk mengatasi bakteri multiresisten.

Keseluruhan, penanganan ketergantungan antibiotik tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat.

Hanya dengan kerjasama yang kokoh, kita dapat melindungi kesehatan generasi mendatang dari ancaman serius ini.***

Editor: Sihab Ulumudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah