Petani Banyumas Melaksanakan Upacara Kemerdekaan ke-75 RI di Tengah Sawah

- 17 Agustus 2020, 20:33 WIB
ilustrasi: petani
ilustrasi: petani /pixabay/herriest/

 

POTENSI BISNIS – Upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia di Banyumas dilaksanakan ditengah sawah.

Masyarakat Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen Kabupaten Banymas, Jawa Tengah mengekspresikan rasa Nasionalisme melalui upacara di sela-sela kesibukan panen.

Menggunakan ritual Gubrak Lesung ritual tradisi petani, upacara pengibaran dilaksanakan dengan khidmat dan penuh harap.

Baca Juga: Dalam Rangka Hari Kemerdekaan Indonesia, Ibu-ibu di Majalengka Berlomba Tangkap Ayam Tutup Mata

Upacara ditengah sawah mengandung makna mendalam bagi petani, meski harus berhadapan dengan kenyataan musim kemarau, bahaya hama padi, hinga bencana, namun tetap hal ini menjadi sebuah kebanggan bagi petani.

Dibalik itu semua petani masih merasa tetap setia dengan pekerjaan yang kerapkali merugikan, seperti dikutip PotensiBisnis.com dari pikiran-rakyat.com.

Usai upacara, sejumlah kaum ibu yang memainkan Gubrak Lesung.
Usai upacara, sejumlah kaum ibu yang memainkan Gubrak Lesung.

Menggunakan pakaian baru dan bergembira meskipun pandemi covid-19 belum berakhir, begitulah keberlangsungan upacara 17 Agustus ini dilaksanakan.

Meskipun tidak terbiasa melaksanakan upacara bendera, namun petugas mampu menjalankannya dengan baik. Upacara di tengah area persawahan ini sengaja dilakukan sebagai wujud penghormatan petani kepada para pahlawan yang telah berjuang menggapai kemerdekaan.

Baca Juga: Bendera Merah Putih Sepanjang 100 Meter Berkibar di Eks Jembatan KA Sadu, Soreang

"Selain itu kebetulan di area persawahan ini sedang memasuki masa panen, yang Alhamdulillah hasilnya memang kurang menggembirakan karena kemarau, namun harganya agak lumayan bagus jadi sedikit terbantu. Jadi, ini sebagai rasa syukur kami kepada Allah atas hasil panen dan sekaligus memperingati kemerdekaan," ujar Solihun satu diantara petani setempat.

Upacara 17 Agustus memperingati HUT RI itu diikuti sejumlah 60 peserta yang terbagi dalam tiga kelompok. Diantaranya kelompok petani Kalibacin 20 orang, Kelompok Macapat Pengastawa 15 orang, ibu-ibu kelompok Gubrak Lesung Pangastuti 25 orang.

Petani disana berkeinginan merayakan kemerdekaan tahun ini secara berbeda, mereka menggelar upacara bendera dibarengi dengan musik  klotekan dari lesung kayu.

Para ibu bernyanyi Macapat dan bermain Gubrak Lesung yang merupakan lagu terjemahan dari Quran yang menjadi tembangan Asmarandana.

Lebih lanjut Koordinator acara, Nasirun Wijaya menyebutkan bahwa petani juga termsasuk ikut berjuang dalam meraih kemerdekan dalam penyediaan logistik.

Baca Juga: Film Bumi Manusia: Kisah Peradaban Budaya dan Bahasa Adaptasi Novel Pramodya Anantatoer

"Kemerdekaan bukan hanya para pejuang yang angkat senjata, tetapi para petani juga pejuang, prajurit dibantu para petani, tidak mungkin bisa bergerilya berhari hari hari tanpa bantuan logistik dari petani," katanya.

Menurutnya petani merupakan faktor yang juga ikut membantu dan menentukan kemerdekaan bagi Indonesia. Namun, kenyataanya sampai saat ini mereka merasa belum merdeka sepenuhnya, bahkan sebagian besar mereka hidup dibawah garis kemiskinan.

"Ketika sedang butuh pupuk, harganya tinggi, ketika panen datang, impor juga datang, petani belum merdeka. Mereka tidak bisa menentukan harga, petani masih berjuang dan masih belum sepenuhnya merdeka," imbuhnya.

Sawah di Desa Mandirancan rata rata merupakan sawah irigasi tradisional sehingga jika kemarau datang maka sawah ikut mengering.***(Gita Pratiwi/pikiran-rakyat.com)

Editor: Rahman Agussalim

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah