Singgung Demonstrasi Omnibuslaw UU Cipta Kerja, Fahri Hamzah: Saya Ketemu Fadli Tahun 91 Waktu Demo

21 Oktober 2020, 08:46 WIB
Fahri Hamzah. //Tangkapan layar Instagram/@fahrihamzah

POTENSI BISNIS - Fahri Hamzah mengaku dirinya belum pernah merasakan pemerintah yang memperhatikan serius lembaga penyiaran. 

Hal ini dia sampaikan melalui video yang diunggah dalam Youtube Channel Helmy Yahya pada 9 Oktober lalu.

"Saya tidak melihat ada pemerintahan yang concern dengan betapa hebatnya lembaga penyiaran publik kita," ujar Fahri sebagaimana dikutip potensibisnis.com.

Baca Juga: Polisi Ringkus 3 Admin Facebook STM Se Jabodetabek yang Provokasi Demonstrasi UU Cipta Kerja

Fahri Hamzah juga menyinggung saat pemerintahan pada zaman penjajahan Jepang begitu memperhatikan peranaan Radio. 

Termasuk informasi bom yang menghujam dua kota di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki.

Lebih lanjut Fahri menuturkan, berita tersebut menimbulkan keinginan masyarakat Indonesia untuk merdeka dari para penjajah.

"Kita enggak usah nyebut soal perannya di dalam kemerdekaan, sebab kalau enggak ada radio-radio partikelir dulu didedikasikan untuk mendengar bahwa Hiroshima-Nagasaki baru saja di bom, itu enggak ada geliat ikhtiar lokal untuk merdeka," jelasnya.

Baca Juga: Satu Tahun Ayahnya Menjabat, Gibran Putra Jokowi Sindir 'PR Nya Masih Banyak, Ya Tahu Sendirilah'

Maka dari itu, Fahri mengklaim bahwa lembaga penyiaran masih memiliki peran yang penting hingga saat ini.

"Nah hari ini juga harusnya masih penting, cuma kita jangan tanggung, kita harus memberikan beban yang fokus gitu," tuturnya.

Kemudian Helmy Yahya sebagai pemilik kanal YouTube, menyinggung soal Undang-undang Penyiaran yang tidak kunjung selesai.

Maka dari itu, Fahri mengklaim bahwa lembaga penyiaran masih memiliki peran yang penting hingga saat ini.

"Nah hari ini juga harusnya masih penting, cuma kita jangan tanggung, kita harus memberikan beban yang fokus gitu," tuturnya.

Kemudian Helmy Yahya sebagai pemilik kanal YouTube, menyinggung soal Undang-undang Penyiaran yang tidak kunjung selesai.

Sebagaimana dikutip potensibisnis.com dari pikiran-rakyat.com "UU Penyiaran Tak Kunjung Selesai, Fahri Hamzah: Saya Melihat Lobi Privat yang Dahsyat", Fahri menegaskan adanya kepentingan pribadi di balik tidak selesainya Undang-undang Penyiaran.

"Karena lobi dari privat. Saya melihat lobi privat yang dahsyat sekali," jelasnya.

Baca Juga: Kudapan Seru hingga Solusi Logistik di Merchant ShopeePay Minggu Ini

Menanggapi pernyataan Fahri, Helmy mengatakan televisi publik dan swasta tidak memiliki persaingan, keduanya pun disebut hanya memiliki fungsi kepublikan.

Karenanya, Fahri menambahkan bahwa negara berperan sebagai pembagi tugas agar tidak terjadi perselisihan.

"Tugas negara harusnya bagi tugas, jadi kalau kita tidak membagi tugas semuanya jadi berantem," tambahnya.

Baca Juga: Sebelum Berangkat ke AS, Tak Disangka Menhan Prabowo Sempat Larang Buruh Demo Jangan Terlalu Kencang

Sementara itu, sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya, dalam video yang sama Fahri juga menceritakan awal pertemuannya dengan sahabat dekatnya, Fadli Zon.

Kepada Helmy Yahya, Fahri mengatakan bahwa ia dan Fadli pertama kali bertemu pada tahun 1991 silam.

"Saya ketemu Fadli tahun 91, waktu demo-demo itu," ungkapnya.

Kendati memiliki hubungan yang dekat, Fahri mengaku bahwa dirinya dan Fadli sempat berbeda pendapat.

"Jadi ya terus itu kita, cuma di zaman orde baru Fadli dekat dengan Pak Prabowo artinya deket dengan keluarga Pak Harto, sementara saya itu oposisi terhadap pemerintah," terang Fahri.

Meski demikian, Fahri mengaku hal tersebut tidak membuat persahabatannya dengan Fadli menjadi rusak.

"Itu sebabnya kalau ada dua demo dulu tuh, Pak Fadli mendemo mendukung orde baru, saya melawan orde baru. Tapi kita temen, temen adalah temen," katanya.***(Sarah Nurul Fathia/pikiran-rakyat.com)

 

 

Editor: Rahman Agussalim

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler