Profesional, Kolaborasi dan Pemasaran Digital Bantu Dongkrak Produk-Produk Lokal

- 30 November 2020, 12:10 WIB
Pekerja membatik di sentra batik seblang di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (14/11/2020). Pemilik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) itu mengaku saat ini usaha kain batik mulai bergerak bangkit seiring sektor pariwisata yang menjadi daya tarik kunjungan wisatawan mulai bergeliat dan berangsur pulih. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp.
Pekerja membatik di sentra batik seblang di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (14/11/2020). Pemilik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) itu mengaku saat ini usaha kain batik mulai bergerak bangkit seiring sektor pariwisata yang menjadi daya tarik kunjungan wisatawan mulai bergeliat dan berangsur pulih. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp. /BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO

Satya Bilal, Wakil Sekjen International Council for Small Business DIY dalam forum yang sama menambahkan, bahwa kini tak cukup jika hanya mengandalkan penjualan lewat daring.

“Banyak sekali sektor-sektor kreatif yang bertumbuh. Contohnya ini di Indonesia Timur, banyak satwa-satwa air, aquascape yang muncul saat pandemi. Banyak UMKM yang tumbuh, ada brand lokal, sociolla setelah 5 tahun, saat pandemi, dia bisa ekspansi selain di Indonesia sampai ke Vietnam,” ujarnya.

Diungkapkan Satya, selain meningkatkan kualitas berbasis kearifan lokal, Satya mendorong para pelaku usaha harus dapat memanfaatkan digital dalam memasarkan produk mereka.

“Selama pandemi, banyak orang dipaksa harus meningkatkan kemampuan digital (online),” ungkapnya.

Namun, memanfaatkan teknologi digital saja tidak cukup. Para pelaku UMKM dikatakannya harus dapat memanfaatkan enam hal.

Pertama mencari dan menambah akses keuangan (pinjaman/modal), meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (karyawan), berkolaborasi, berinovasi, membuat laporan keuangan secara profesional, dan memanfaatkan fasilitas digital.

“Pertama, kita harus menjadi pelaku yang lebih profesional. Kedua, kita lebih punya sense usaha dari sebelumnya. Kalau misalnya sebelumnya, kita dapat dana 100 rupiah sudah cukup, bagaimana kita bisa mengejar lebih dari 100 rupiah, lebih dari usaha yang ada untuk bisa tetap beradaptasi dan juga survive. Bukan pelit, bukan berhemat, tapi lebih tepat sasaran, tepat guna dalam penggunaan anggaran,” terang Satya.

Dia juga menyarankan agar para pelaku UMKM tidak malas berhitung anggaran yang digunakan, kebutuhan modal dan juga keuntungan yang bakal diraih.***

Halaman:

Editor: Pipin L Hakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x