Dalam hal ini, lanjutnya, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
Baca Juga: Obat Covid-19 Covifor Remdesivir akan Diluncurkan di Indonesia dengan Harga 3 Juta per-Vial
Jika terjadi gempa, kata dia, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting). Peristiwa ini tentu bisa menimbulkan terjadinya tsunami.
Lebih lanjut Firman menerangkan, kegiatan rakor ini selain diikuti tujuh camat, juga diikuti 22 kepala desa yang dinilai rawan terdampak.
Desa tersebut adalah Mekarsari, Sancang, Karyasari, Karyamukti dan Desa Sagara (Kecamatan Cibalong), Mancagahar, Mandalakasih, Pameungpeuk dan Jatimulya (Kecamatan Pameungpeuk), Pamalayan, Cikelet, Cigadog dan Cijambe (Kecamatan Cikelet), Cijayana, Jagabaya, dan Karangwangi (Kecamatan Mekarmukti).
Baca Juga: Guru Madrasah Non-PNS akan Mendapatkan Subsidi Upah dari Kemenag, Simak Begini Penjelasaanya
Selain itu, ada juga Desa Karangsari (Kecamatan Pakenjeng), Desa Desa Sinarjaya (Kecamatan Bungbulang), serta Desa Cimahi, Indralayang, Purbayani dan Desa Samuderajaya (Kecamatan Caringin).***(Aep Hendy/KP/Pikiran-Rakyat.com)