Metode ini dimungkinkan dilakukan tatkala pemerintah mulai membuka kembali pembelajaran tatap muka secara terbatas pada Juli 2021 mendatang.
Makanya, kata dia, agar hibrid university bisa terwujud, dukungan sangat diperlukan seperti dari pembaruan kurikulum hingga penyempurnaan teknologi pendidikan untuk mendukung pembelajaran asinkronus dan sinkronus.
“Kalau ini berjalan dengan baik, Pandemi Covid-19 mudah-mudahan semakin melemah, maka pada 2022 kita masuk pada era transformasi digital,” bebernya.
Baca Juga: Berikut Kendaraan Darat yang Terkena Larangan Mudik Lebaran dan Sanksinya
Menurutnya, di era transformasi peluang hybrid learning semakin kuat bisa diterapkan. Karakter mahasiswa dipoles dengan berbagai kompetensi masa depan melalui Higher Order Thinking Skills (HOTS). Selain itu, penerapan kurikulum berbasis luaran (outcome) serta pengembangan dan kemitraan MOOC berupa non-degree, upscalling courses, modular, PJJ, dan credut earning.
“Jika kita punya kapasitas lebih, maka kita bisa menawarkan non-degree program. Mahasiswa degree akan kita pertahankan kualitasnya, di sisi lain kita bisa ekspansi menyediakan akses kursus dan pendidikan bermutu,” jelasnya.
Dengan penerapan hibrid university secara maksimal, Rina berharap pada 2045 Unpad bisa bersaing secara global, pembelajaran digitalnya mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan berkarakter, hingga program di luar degree bisa menjadi salah satu kemandirian Unpad sebagai PTN Badan Hukum.***