Demo Bebaskan Presiden, Akhirnya Berujung Pada Tewasnya 18 Orang di Myanmar, Begini Kata PBB

- 1 Maret 2021, 13:11 WIB
Para pengunjuk rasa yang mengenakan topeng yang menggambarkan pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, memberikan hormat tiga jari saat mereka mengambil bagian dalam protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan topeng yang menggambarkan pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi, memberikan hormat tiga jari saat mereka mengambil bagian dalam protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. /Reuters./

POTENSI BISNIS - Tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap Demonstran yang melakukan penentangan kudeta militer pada Minggu 28 Februari 2021, mendapatkan kutukan keras dari pemimpin dunia.

Sejak militer mengambil alih Myanmar sari Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021, kejadian aksi demonstrasi itu paling berdarah.

Menurut laporan dari Kantor Hak Asasi Manusia PBB disebutkan setisaknya ada 18 orang tewas serta 30 luka luka pada aksi demonstrasi Minggu 28 Februari 2021.

Baca Juga: Terungkap, Natalius Pigai Bongkar Sosok Dibalik Layar Kebijakan Investasi Miras yang Diteken Jokowi

Selain itu, sekitar 1.000 pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi sekaligus penentang kudeta militer telah ditahan pada Minggu.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada Minggu, mengomentari soal insiden berdarah tersebut.

Dujarric mengecam tindakam militer tersebut sebagaimana dilansir PotensiBisnis.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Soal Perpres Investasi Miras Turunan UU Ciptakerja, Gus Jazil: itu Bertentangan dengan Pancasila

"Penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tidak dapat diterima," kata Dujarric.

Halaman:

Editor: Rahman Agussalim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x