Waspada! Hal Menakutkan Bisa Terjadi jika Sesar Lembang 'Terbangun'

- 26 Januari 2021, 08:50 WIB
Gunung Batu yang berada di Desa Langensari, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, merupakan titik bertemunya Sesar Lembang dari segmen barat dan segmen timur yang berpotensi menimbulkan gempa kisaran 7 magnitudo.
Gunung Batu yang berada di Desa Langensari, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, merupakan titik bertemunya Sesar Lembang dari segmen barat dan segmen timur yang berpotensi menimbulkan gempa kisaran 7 magnitudo. /Raden Bagja/Mudanesia.Pikiran-Rakyat.com

POTENSIBISNIS - Tak adanya aktivitas di Sesar Lembang saat ini harus menjadi kewaspadaan. Sebab, pergerakan tanah sewaktu-waktu bisa terjadi. 

Periode 2010-2012, pergerakan tanah di Sesar Lembang sempat terjadi sebanyak 14 kali gempa.

Namun, hingga akhir 2020 Sesar Lembang belum menunjukan aktivitasnya. Para pakar menilai Sesar Lembang sedang tertidur. 

Baca Juga: Pertanggungjawabkan Perbuatannya, Catherine Wilson Divonis 7 Bulan Penjara

Karena Sesar Lembang dalam kondisi tidur dan itu yang harus diwaspadai. Sesar Lembang justru sedang "mengumpulkan tenaga".

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, jika tenaga belum terkumpul, Sesar Lembang tidak memicu gempa.

Kasie Data dan Informasi BMKG Bandung, Rasmid mengingatkan, Sesar Lembang tetap membahayakan.

Baca Juga: Ambroncius Nababan Membantah Jika Kasus Ujaran Rasis Itu Terhadap Masyarakat Papua

Pasalnya, lanjut Rasmid, gempa terjadi ketika energi yang dikumpulkan Sesar Lembang telah cukup.

Sesar Lembang sendiri sudah melepaskan energinya pada periode 2010-2012 lalu.

Sehingga saat tidak menunjukkan adanya pergerakan sama sekali, artinya Sesar Lembang masih dalam proses pengumpulan energi untuk dihempaskan.

Gempa bumi itu ketika dia sudah terkumpul energinya, baru dia akan dilepaskan.

Sesar Lembang ini sudah dilepaskan pada tahun 2010-2012. Dari tahun 2012 ke sini, itu adalah masa-masa pengumpulan energi.

“Jadi masa-masa tenang dia mengumpulkan energi lagi dan suatu saat dia akan melepaskan energi tersebut,” katanya diikutiip PotensiBisnis.com dari PRFMnews.

Ia pun tidak menampik jika banyak orang yang mengira bahwa Sesar Lembang sudah tidak aktif lagi.

Sehingga banyak pengembang yang membangun pemukiman di lokasi yang berdekatan dengan Sesar Lembang.

“Karena sudah terlanjur ada pemukiman, kantor pemerintahan juga, ada tempat wisata, maka kita tidak bisa apa-apa,” tambah Rasmid.

Namun upaya mengingatkan tetap dilakukan. Di antaranya, mengenalkan pada masyarakat bahwa di sekitar wilayah itu ada ancaman yang cukup besar.

“Sesar Lembang yang suatu saat bisa saja bergerak,” kata dia.

Untuk itu, pihaknya bersama sejumlah instansi terkait melakukan edukasi terkait apa yang harus dilakukan saat gempa, sebelum gempa, dan setelah gempa.

Selain itu, ia meminta para pengembang atau warga yang hendak membangun tempat tinggal untuk memperhatikan aturan yang ada guna meminimalisir risiko bencana.

Seperti diketahui Sesar Lembang membentang kurang lebih 29 KM. Sesar Lembang ini diketahui meliputi Padalarang, Lembang, Maribaya, Gunung Batu, hingga Gunung Manglayang.

“Kami sudah petakan dari mulai Padalarang, Kota Lembang, Maribaya, Gunung Batu, sampai Gunung Manglayang. BNPB pun akan membuat rambu peringatan,” jelas Rasmid.

Sesar Lembang sendiri terbagi menjadi tiga segmen, yakni segmen timur Gunung Manglayang, segmen tengah Lembang, dan segmen barat di Padalarang.

Jika ketiga segmen tersebut bergerak bersamaan, maka kemungkinan gempa yang dihasilkan adalah magnitudo 6,8-6,9.

Sementara jika bergerak di saat yang berbeda, maka gempa yang dihasilkan magnitudonya 2,5-3.

“Bukan bermaksud menakuti, tapi kita harus bersiaga. Berdasarkan sejarah kegempaan yang di Sesar Lembang yang panjangnya antara 25-29 KM, terdiri dari 3 segmen,” kata dia.

Menurut BMKG, paling lama gempa bakal terasa di Kota Bandung karena Kota Bandung berada di cekungan dan terisi oleh bangunan top soil yang belum terpadatkan secara sempurna.

“Ketika ada gelombang seismik yang masuk ke dalam cekungan, maka gelombang itu akan bergetar lebih lama dibandingkan dengan getaran di pusatnya di Lembang,” ujarnya.

Untuk itu Rasmid meminta warga waspada akan potensi bencana ini. Salah satunya dengan melihat perkembangan gempa di website BMKG.

“Kita harus menyiapkan diri, bisa dibuka di website BMKG untuk melihat apa yang bisa dilakukan di saat sebelum gempa bumi, saat gempa bumi, dan setelah gempa bumi,” tutupnya.***

Editor: Muhammad Sadili

Sumber: BMKG PRFM


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah