POTENSI BISNIS - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah baru-baru ini banyak dibicarakan karena pernyataan kontroversinya menyorot kondisi demokrasi di Indonesia.
Fahri Hamzah menyebut jika kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menentukan pilihan politiknya hanya dilihat dari aspek ketokohan.
Bahkan, Fahri Hamzah menyebut jika gagasan menjadi sesuatu yang terlupakan dalam agenda politik di Indonesia.
Baca Juga: Hegemoni PDIP Mulai Luntur, Partai Koalisi 'Serang' Megawati
Fahri Hamzah seolah kecewa dengan masyarakat karena kebiasaan melihat sosok atau ketokohan itu tidak baik untuk demokrasi.
Menurutnya, gagasan lebih penting daripada aspek ketokohan.
“Di negara kita tidak ada. Kita dipaksa milih orang. Sekarang kalau menyebut nama yah, Anies Baswedan adalah simbol dari kemarahan kanan, Ganjar adalah simbol dari kemarahan kiri,” ujar Fahri, dikutip PotensiBisnis.com dari kanal YouTube HAS Creative, Sabtu 7 Desember 2023.
Terbaru, Fahri Hamzah kembali menyinggung soal demokrasi di Indonesia dengan menyebut diksi idola.
Baca Juga: Cek Harga Emas Hari Ini 10 Januari 2023, Emas UBS Mengalami Kenaikan Rp7000, Emas Antam Stagnan
Fahri seolah sedang merasa dilema karena masa selalu mencari idola di tengah kondisi negara yang memiliki banyak masalah.
“Dilema kita adalah: Massa selalu mencari idola. Sementara negara punya begitu banyak masalah,” tulis Fahri Hamzah, dikutip PotensiBisnis.com dari cuitannya di Twitter, Senin 9 Januari 2023.
Oleh sebab itulah, Fahri Hamzah menyebut kini rakyat malah mencari idola untuk menyelesaikan masalah yang ada.
“Maka, kita mesti mencari cara agar kita menemukan seorang idola yang bisa selesaikan masalah,” ujarnya.
Baca Juga: Tes Psikologi: Pilih Satu Daun dalam Gambar, Temukan Cara Anda Melawan Rasa Takut Saat Ini
Di akhir pernyataan, Fahri Hamzah menyebut jika ia telah mengusulkan hal tersebut pada penyelenggara pemilu.
“Ini yg saya usulkan difasilitasi oleh penyelenggara pemilu. Menurutmu bagaimana?” ungkapnya.***