POTENSI BISNIS - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan, ia hampir menangis ketika melihat dua anak perempuannya kembali ke sekolah mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
"Saya hampir menangis melihat kedua anak saya kembali sekolah untuk mengikuti PTM Terbatas," kata Nadiem Makarim yang dikutip PotensiBisnis.com dari unggahan Instagram @nadiemmakarim pada 1 Oktober 2021.
Nadiem Makarim bercerita bahwa sejak masuk sekolah lagi ia melihat hal yang berbeda dari tingkah laku keduanya.
Baca Juga: Sejarah Hari Batik Nasional Diperingati 2 Oktober Berkaitan dengan Penetapan dari UNESCO
"Saya melihat perilaku mereka menjadi lebih tenang dan santun," kata Nadiem.
Nadiem Makarim pun sangat senang ketika mengetahui kedua putrinya itu sekarang lebih ceria.
"Dan yang terpenting, mereka sekarang lebih ceria dalam kesehariannya," lanjutnya.
Nadiem Makarim memahami masih banyak orang tua yang khawatir membiarkan anak pergi ke sekolah mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas.
"Tentu saya paham dengan risikonya karena pandemi masih berlangsung, tapi sebagai orang tua saya harus memprioritaskan perkembangan dan kebahagiaan mereka," kata Nadiem.
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas sudah mulai dilaksanakan di berbagai daerah.
Baca Juga: Drama Ikatan Cinta: Rendy dan Pengorbanan yang Sia-sia di Mata Aldebaran, Ini Satu-satunya Harapan
Penerapan itu sebagai antisipasi pemerintah agar tidak terjadi learning loss atau hilangnya kemampuan akademik pengetahuan atau keterampilan peserta didik, karena terlalu lama tidak sekolah tatap muka.
Guna mengoptimalkan kualitas pendidikan dan menekan risiko kesehatan, pemerintah mendorong satuan pendidikan di wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1-3 untuk membuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Hal ini merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri serta Inmendagri terkait PPKM.
Sementara itu, terdapat lima poin yang perlu menjadi fokus sekolah yang menggelar PTM terbatas.
Pertama, sekolah haru dipastikan siap dengan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah.
Kedua murid dan personel di sekolah juga harus patuh dengan perilaku adaptasi kebiasaan baru.
Ketiga, sekolah juga harus memfasilitasi dan memonitor pelaksanaan prokes yang disiplin dengan dibantu satgas Covid-19 di sekolah.
Keempat, jika ditemukan kasus konfirmasi Covid-19 maka harus segera menghentikan penularan dengan melakukan 3T secara masif di sekolah.
Terakhir perlu adanya assessment kesehatan yang dilakukan pihak sekolah setiap hari dari personel yang akan hadir di sekolah.
Walau begitu, masih banyak orang tua yang semakin khawatir ketika anaknya harus pergi ke sekolah.
Para orang tua takut anak-anak mereka terpapar virus corona yang sudah menyebar di seluruh dunia.***