Sejarah Singkat Sumpah Pemuda yang Diperingati Setiap 28 Oktober

- 26 Oktober 2020, 21:19 WIB
Para panitia pelaksana Kongres Pemuda II Dokumen Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud.*
Para panitia pelaksana Kongres Pemuda II Dokumen Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud.* /Kemdikbud.go.id

POTENSI BISNIS - Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Indonesia, selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Sebab hal itu dilatarbelakangi dengan tercetusnya sumpah yang diikrarkan oleh para pemuda pada 28 Oktober 1928 silam.

Secara keseluruhan isi dari Sumpah Pemuda merupakan sebuah penegasan terkait adanya persatuan, yakni bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu.

Sumpah Pemuda ini lahir dalam sebuah pertemuan Konngres Pemuda II yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928.

Baca Juga: Jadwal Liga Champions: Duel Cristiano Ronaldi dan Messi Terancam Batal saat Juvetus vs Barcelona

Kongres Pemuda dilaksanakan pertama kali di Jakarta, kala itu masih bernama Batavia dengan tujuan untuk memperjuangan persatuan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, dengan adanya suatu wadah pusat yang menghimpun seluruh perkumpulan pemuda daerah.

Lantaran belum kuatnya rasa persatuan dan masih banyak perbedaan pandangan, pada Kongres Pemuda I tidak membuahkan hasil.

Baca Juga: Kabar Terbaru: Kasus e-KTP Kembali Dilanjutkan, Dua Orang Saksi Diperiksa Penyidik KPK

Maka tercetuslah kongres selanjutnya dengan dinamai Kongres Pemuda II. Pertemuan tersebut diadakan selama dua hari, mulai dari tanggal 27-28 Oktober 1928.

Begitu pun dengan lokasi yang dilaksanakan di dua tempat yang berbeda, yaitu Gedung Pemuda Katolik, (Gedung Kathilikee Jongelingen Bond) dan Gedung Oost Java.

Dalam Kongres Pemuda II tersebut dihadiri oleh sejumlah perkumpulan pemuda, di antaranya Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Jawa, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Perhimpunan Pelajar- pelajar Indonesia (PPPI), pemuda peranakan kaum Tionghoa dan sebagainya.

Baca Juga: Jelang Libur Panjang Akhir Oktober 202, Simak Peket Wisata Sehat Covid-19 Ala Banyuwangi Berikut ini

Dalam acara rapat pertama, pada Sabtu 27 Oktober 1928 di gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), di Lapangan Banteng.

Soegondo berharap kongres tersebut dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Sementara itu, Moehammad Jamin menuturkan arti dan hubungan persatuan dengan pemuda, yang menurutnya, terdapat lima faktor dapat memperkuat pesatuan Indonesia, di antaranya Sejarah, Bahasa, Hukum Adat, Pendidikan dan Kemauan.

Kemudian pada rapat kedua di gedung Oost Jawa Bioscoop pada Minggu 28 Oktober 1928 membahas masalah pendidikan, antara kedua pembicara Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro sependapat bahwa anak harus medapatkan pendidikan bangsa.

Selain itu, harus adanya keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan rumah, anak juga harus dididik secara demokratis.

Selanjutnya, pada rapat ketiga di gedung Indonesische Clubhuis Kramat, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Kal itu, sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagi Indonesia karya Wage Rudolf Supratman.

Lagu tersebut disambut secara meriah oleh para peserta kongres, dan setelahnya diumumkan rumusan hasil kongres oleh para pemudah yang hadir itu, kemudian diucapkan sebagai Sumpah setia.

Tak berbeda jauh dengan kongres sebelumnya, tujuan dari Kongres Pemuda II ini ialah untuk melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda Indonesia, membahas pergerakan pemuda, hingga memperkuat kesadaran persatuan bangsa.

Selepas membahas semua permasalahan, para pemuda yang hadi di dalam kongres tersebut pun menyepakati tiga butir Sumpah Pemuda, sebagai berikut;

Pertama : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.

Kedua : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. seperi dikutip dari Kemdikbud.go.id (Museum Sumpah Pemuda).

Hingga kini Sumpah Pemuda masih sering diperingati oleh para mahasiswa dengan berbagai cara, seperti berorasi ilmiah terbuka dan membacakan kembali ikrar Sumpah Pemuda tersebut.***

Editor: Pipin L Hakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x