Tan Siok Tjien Miliarder ke-3 RI Punya Rp 93,51 Triliun, Produk Turun Efek Daya Beli Kalangan Bawah

- 14 Oktober 2020, 20:53 WIB
Mengenal bisnis Tan Siok Tjien yang menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang masuk daftar 500 orang terkaya di dunia.
Mengenal bisnis Tan Siok Tjien yang menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang masuk daftar 500 orang terkaya di dunia. /gudang garam/


POTENSIBISNIS - Mengenal bisnis Tan Siok Tjien yang menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang masuk daftar 500 orang terkaya di dunia.

Rilis Bloomberg Billionaires Index, Tan Siok Tjien per Selasa, 13 Oktober 2020, mengantongi kekayaan senilai US$6,34 miliar atau setara Rp93,51 triliun.

Tan Siok Tjien saat ini tercatat menempati posisi sebagai miliarder ke-353 di dunia.

Baca Juga: Curi Star Rusia Buat Bank Sentral Mata Uang Digital

Dan di Indonesia, Tan Siok Tjien berada di urutan ketiga, yang mana posisi pertama dan kedua ditempati oleh Robert Budi Hartono dan Michael Hartono.

Siapa sangka, sosoknya yang kini dikenal sebagai perempuan tajir ini ternyata mendapat kekayaannya dari mendiang sang suami, Tjoa Jien Hwie alias Surya Wonowidjojo.

Meski suaminya telah wafat pada 1985 silam, warisan yang diterima Tan Siok Tjien hingga kini terus beranak-pinak melalui perusahaan rokok yang didirikan Surya Wonowidjojo, yaitu PT Gudang Garam.

Baca Juga: Petinggi Demokrat Minta Istana Klarifikasi Soal SBY dan AHY Dalang Unras, Begini Reaksi Mahfud MD

Sebagai sumber kekayaan terbesar bagi konglomerat Tan Siok Tjien, bagaimana performa Gudang Garam pada paruh pertama tahun 2020 ini?

Mengingat posisinya sebagai emiten rokok terbesar di Indonesia, mampukah Gudang Garam tahan banting terhadap Covid-19? Untuk menjawabnya, simak ulasan berikut ini.

Gudang Garam

Surya Wonowidjojo memulai kiprahnya sebagai pebisnis industri rokok di Indonesia pada tahun 1958 silam dengan mendirikan industri rumah tangga yang memproduksi rokok bermerek Ingwhie.

Baca Juga: ShopeePay Day Rayakan 11.11 Big Sale Dapatkan Voucher Gratis Ongkir Minimun Belanja Rp0 Lebih Hemat

Bisnisnya terus bertumbuh hingga pada 26 Juni 1958, Surya Wonowidjojo mengganti mendirikan perusahaan rokok dengan nama Tjap Gudang Garam.

Bahkan, saat ini Gudang Garam sudah memiliki kerajaan bisnis yang lebih besar dengan pendirian sejumlah anak perusahaan.

PT Surya Madistrindo adalah salah satu entitas anak Gudang Garam yang juga berperan penting dalam pendistribusian produk Gudang Garam.

Ibarat peribahasa mujur tak boleh diraih malang tak boleh ditolak, situasi penuh tantangan kala pandemi Covid-19 mau tak mau ikut menggerus performa keuangan Gudang Garam.

Sepanjang semester I 2020, Gudang Garam mengantongi laba bersih senilai Rp3,82 triliun.

Capaian tersebut merosot 10,75% dari semester I 2019 lalu yang menembus Rp4,28 triliun.

Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, penurunan laba bersih emiten rokok ini turun bersamaan dengan capaian laba kotor yang terpangkas 13% dari Rp10 triliun pada Juni 2019 menjadi hanya Rp8,7 triliun pada Juni 2020.

Kendati begitu, Gudang Garam berhasil mengantongi penjualan lebih besar pada paruh pertama tahun ini, yaitu Rp53,7 triliun atau tumbuh 1,72% dari tahun lalu yang hanya Rp52,7 triliun.

Manajemen Gudang Garam menjelaskan, secara tahunan volume penjualan rokok mengalami penurunan sebesar 8,8% dari 46,6 miliar batang menjadi hanya 42,5 miliar batang pada Semester I 2020. Penurunan paling dalam terjadi pada volume penjualan SKM LTN (sigaret kretek mesin rendah tar nikotin), yakni sebesar 45,6% menjadi 2,3 miliar batang.

Volume penjualan SKM FF (sigaret mesin full flavor) juga mengalami penurunan sebesar 6,6% menjadi 35,8 miliar batang. Meski demikian, Gudang Garam mampu mendongkrak volume penjualan SKT (sigaret kretek tangan) sebesar 7,5% menjadi 4,5 miliar batang.

"Pertumbuhan pendapatan penjualan Gudang Garam sebesar 1,7% menjadi Rp53,7 triliun dicapai karena adanya kenaikan harga dan penurunan volume," tulis manajemen Gudang Garam dikutip pada Rabu, 13 Oktober 2020.

Pada saat yang bersamaan, Gudang Garam mampu menekan pos beban, seperti beban usaha yang turun 12,22% menjadi Rp3,56 trilun.

Namun, beban pokok penjualan justru membengkak dari Rp42,79 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp44,99 triliun pada Juni 2020.

Hal itulah yang kemudian 'membakar' capaian laba perusahaan pada paruh pertama tahun ini.

Berkenaan dengan situasi saat ini, manajemen Gudang Garam mengakui pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis perusahaan.

Diakuinya, daya beli masyarakat mengalami penurunan, terutama untuk masyarakat kalangan bawah.

"Gudang Garam terus bersiaga dan memantau perkembangan situasi ini dengan saksama. Fokus kami adalah memastikan kualitas dan ketersediaan produk di pasar tetap terjaga serta mempertahankan posisi keuangan yang konservatif dan sehat," pungkasnya lagi.***

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x