Ekonomi Digital di Indonesia Tumbuh Subur Kalahkan Malaysia, UMKM Segera Digitalisasi!

9 Agustus 2020, 20:35 WIB
Ilustrasi: Pertumbuhan /pixabay/pexels

POTENSI BISNIS - Kepala Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dimitri Mahayana di Bandung pada hari Senin 24 Februari 2020, Mengungkapkan bahwa Nilai transaksi digital di indonesia diprediksi mencapai $40 Juta setara dengan Rp556,15 triliun.

Sementara, di tahun 2025 diprediksi mencapai $133 juta, setara Rp1.849 triliun (menggunakan kurs Rp13.903,8 per dolar AS).

Laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound anual growth rate/CAGR) Ekonomi digital di Indonesia menurut lembaga itu akan tumbuh 22 persen. Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi digital negara ini merupakan paling cepat di kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga: Kang Emil Yakin Pangandaran Siap Sokong Ekonomi Pascapandemi Covid-19

Negara kedua yang akan bersaing dengan Indonesia yaitu Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia dan Filipina.

"Posisi selanjutnya ditempati Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina," ujarnya.

Dikutip PotensiBisnis.com dari pikiran-rakyat.com "Capai 22 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Tercepat di Asia Tenggara", Pada tahun 2025 nilai ekonomi digital Thailand diperkirakan mencapai $50 juta, Vietnam $43, Singapura $27 juta, Malaysia $26 juta, terakhir Filipina $25  juta.

"Bagi ekonomi digital Indonesia, kontributor terbesarnya melalui e-commerence," kata Dimitri.

Pasar e-commerce di Indonesia diperkirakan tumbuh 88 persen dalam kurun waktu 10 tahun antara tahun 2015 sampai dengan 2025. Pada 2015 nilai pasar e-commerce Indonesia sebesar $1,7  (Rp 23,6 triliun).

Baca Juga: Produk UMKM Anda Tidak Laku ? Coba Lakukan Strategi Pemasaran ini

Tahun 2019 nilainya mengalami kenaikan mencapai $21 juta atau setara dengan Rp 291,98 triliun. Sementara di tahun 2025 nilainya diprediksi mencapai $82 juta (Rp 1.140,11 triliun).

Kontributor kedua di isi oleh travel online, dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 17 persen (2015-2025), dari $5 juta menjadi $25 juta.

Posisi ketiga diraih oleh transportasi online, pertumbuhannya mencapai 34 persen (2015-2025), dari $0,9 juta dolar menjadi $18 juta dolar AS.

"Kini, Indonesia memasuki masa crossover dari offline ke online. Pergeseran aktivitas belanja, pemesanan tiket transportasi dan hotel sudah menjadi gaya hidup," ujar Dimitri.

Pergeseran paling tinggi dari belanja offline ke online terjadi pada pembelian tiket pesawat, tiket kereta api, hotel, dan tiket konser, penjualannya secara online mencapai lebih dari 80 persen. Disusul oleh transaksi pulsa, tiket bioskop, dan tiket wisata.

Kemudian, penggunaan e-money juga semakin meluas. Hasil survey Sharing Vision di tahun 2019 kepada 1.010 responden, mayoritas pengguna e-money memilih Gopay dan OVO.

Dimitri mengucapkan, cepatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tidak terlepas dari meluasnya koneksi jaringan 4G yang mencapai hampir 100 persen wilayah Indonesia.***

Editor: Rahman Agussalim

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler