Walmart Perusahaan Ritel Raksasa dengan Pendapatan USD1,8 Juta per Jam

- 5 Agustus 2020, 16:51 WIB
 Walmart ritel/
Walmart ritel/ /forbes

POTENSI BISNIS - Walmart merupakan salah satu perusahaan raksasa di bidang ritel multinasional asal Amerika Serikat. Selain itu, Walmart menjadi salah satu perusahaan yang sukses di dunia mampu mengoperasikan rantai pasar swalayan, departement store, dan toko kelontong.

Tidak mudah untuk Walmart bisa mencapai kesukesaan serti itu, perjalanan yang cukup panjang dengan berbagai hambatan untuk menuju capaian di dalamnya.

Berikut ini kisah perjalanan perusahaan raksasa Walmart yang bisa mencapai titik tersebut.

Baca Juga: 4 Rekomendasi Tanaman Hias untuk Ruangan Lebih Segar, Asri dan Elegan

Sudah sejak 1950 bibit Walmart ketika sang pendiri Sam Walton membuka toko pertamanya di Bentonville, Arkansas, AS dengan nama Walton's 5-10. Dipilihnya lokasi tersebut karena sang istri Helen Robson menginginkan hidup di kota kecil.

Sebagaimana dilansir Potensi-Bisnis.com dari laman WartaEkonomi, bahwa Walton memiliki alasan untuk menghindari persaingan langsung dengan raksasa ritel lain seperti Sears and Kmart. Pasalnya, kebanyakan pengecer ternama berkumpul dan berkompetisi di kota-kota besar.

Lalu pada 2 Juli 1962, Walton memutuskan membuka Walmart untuk pertama kalinya di Rogers, Arkansas. Pendekatan pertama yang dilakukannya dengan menjual barang dagang merek dengan harga murah milik Walmart ke ritel, agar segera menjadi model pendorong bagi semua toko pengecer lain. Langkah yang dilakukannya tersebut cukup sukses.

Baca Juga: Melek Potensi Bisnis Online, PLN NTT Luncurkan Program Pelatihan Pemasaran Digital UKM Milenial

Seiring dengan perkembanggannya, pada 1967 Walton memiliki 24 cabang toko, dengan pendapatan penjuan berkisar 12,7 juta dolar AS. Hingga Walmart meluaskan pasarnya dengan membuka toko di Sikeston, Missouri dan Claremore Okolahoma pada 1968 serta di Delware, Kansas pada tahun berikutnya.

Kemudian pada 1970 Walmart menjadi perusahaan publik yang terdaftar di New York Stock Exchange dua tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1972. Saham pertama Walmart dijual dengan harga 16,5 dolar AS per-saham.

Tahun 1975 Walmart melakukan ekspansi ke Texas, hingga memiliki lebih dari 125 toko yang beroperasi dengan jumlah 7.500 karyawan (rekanan) dan total angka penjualan sebesar 340,3 juta dolas AS.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 Mengalami Kontraksi Mencapai 5,32 Persen

Tidak hanya sampai disitu, pada tahun 1980 keluarga Walton mendirikan Walton Family Faoundation, ketika perusahaan telah mencapai 1 miliar dolar AS dalam penjualan tahunan.

Pertumbuhan itu bahkan lebih cepat daripada perusahaan lain di waktu yang sama. Lalu Walton membuka Sam's Club di Midwes, Oklahoma pada 1983.

Tak lama, dua tahun berselang, pada 1985 dia membuka lebih dari 880 toko dan memperoleh penjualan 8,4 miliar dolar AS. Jumlah karyawan pun meningkat menjadi 104.000 orang dari 7.500 pegawai dari tahun sebelumnya.

Pada 1987 disaat memperingati hari ulang tahun ke-25, Walmart mulai menggunakan teknologi baru seperti sistem komputer di mesin kasir dengan sistem point-on-sale terkomputerisasi. Sehingga memungkinkan pembayaran cepat dan akurat, serta untuk memelihara dan melacak inventaris, penjualan juga mengirim komunikasi instan ke toko-tokonya.

Hari demi hari, perkembangan Walmart semakin signifikan. Perusahaan milik Walton itu, untuk pertama kalinya membuka toko cabang internasional di ibu kota Meksiko pada 1991.

Namun pada tahun 1992, Perusahaan Walmart mengalami penurunan penjualan segera setelah kematian Walton. Setelah kematian sang pendiri, perusahaan itu tidak terlalu baik secara finansial.

Mereka dengan cepat mengakumulasi utang perusahaan untuk membiayai strategi baru seperti kelompok Supercenter Walmart tambahan. Meski begitu, penjualan kembali melambung seiring diperkenalkannya merek rumah perusahaan Great Value pada 1993.

Badai pasti berlalu. Masalah finansial Walmart membaik seiring penjualan produk berlipat ganda pada 1995. Dan pada 1999, toko pengecer itu menjadi salah satu perusahaan swasta terbesar di dunia.

Pergerakan cepat Walmart membuat total penjualan mereka melampaui Exxon Mobil dan menjadikan perusahaan terbesar di dunia pada 2001.

Perkembangan signifikan Walmart tidak terjadi tanpa adanya kontroversi. Perusahaan itu dikritik karena telah berkontribusi terhadap penyebaran perkotaan dengan memaksa keluar pedagang lokal.

Alhasil banyak dari mereka tidak bisa bersaing dengan skala ekonomi besar milik Walmart. Kritikan terus menghujam tubuh Walmart.

Kali ini, suara miring itu datang karena perusahaan milik Sam Walton mengabaikan aturan upah minimum pekerja, memberikan pekerja gaji lebih kecil dari rata-rata di sektor perusahaan yang sama, dan juga menentang serikat anti-perusahaan.

Baca Juga: Whatsapp Semakin Canggih, Bisa Mendeteksi Berita Hoax

Meski demikian, praktik perdagangannya ditiru oleh pengecer lain. Dunia sebagian besar telah pindah dari ritel fisik ke toko online.

Amazon adalah hal pertama yang muncul ketika kita berbicara tentang ritel online untuk massa di sebagian besar dunia. Ini menjadikan Amazon pesaing utama Walmart.

Hal ini membuat Walmart mengalihkan fokusnya ke sektor online dan meluncurkan Walmart.com di e-commerce store pada 2007.

Pada 30 Juni 2008, Walmart meluncurkan logo baru perusahaan, bergaya "Walmart" dengan percikan di akhirnya. Inilah evolusi logo Walmart sejak didirikan pada 1950-an.

Baca Juga: Kontribusi Gojek Terhadap Perekonomian Indonesia sebelum Pandemi Melanda

Sampai 2019, Walmart telah memiliki lebih dari 11.300 toko di seluruh dunia, di antaranya 4.750 adalah toko bermerek Walmart; 599 toko grosir Sam's Club; lebih dari 120 miliar dolar AS dalam penjualan internasional; dan memiliki Lebih dari 2 juta karyawan.

Walmart mendapat untung rata-rata sekitar 1,8 juta dolar AS per jam. Artinya pendapatan Walmart jauh lebih besar daripada rantai ritel yang dikenal kembali termasuk Home Depot, Kroger, Target, Sears, Costco, dan K-Mart secara kolektif dalam hal pendapatan.

Semua ini berawal dari harapan dan tekad seorang pria bahwa bahkan toko kelontong akan berhasil jika mereka melayani audiens yang tepat.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x