Menurutnya, hingga kini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit setempat.
Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 antaranya merupakan kendaraan polisi.
"Masih ada 180 orang yang masih dalam perawatan. Dari 40 ribu penonton, tidak semua anarkis. Hanya sebagian besar, sekitar 30.000 penonton turun ke lapangan," kata dia.
Sesungguhnya, dikatakannya, pertandingan di Stadion Kanjuruhan itu berjalan dengan lancar.
Namun, setelah permainan berakhir sejumlah pendukung Arema FC merasa kecewa, dan beberapa di antaranya turun ke lapangan untuk mencari pemain dan ofisial.
Petugas keamanan kemudian melakukan pencegahan dengan melakukan pengalihan agar suporter itu tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain serta official.
Dalam proses pun, akhirnya petugas melakukan penembakan gas air mata.
Diklaimnya, penembakan gas air mata itu dilakukan karena pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas, dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis, serta membahayakan keselamatan pemain dan ofisial.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," ucapnya.***