Baca Juga: Mahfud MD : Pemerintah Menyayangkan Pelanggaran Protokol Kesehatan di DKI Jakarta
Salah seorang pengidap sindrom ini adalah Ken Yeager, PhD, Seorang peneliti dan profesor kedokteran yang memimpin Program Stres, Trauma, dan Ketahanan Wexner Medical Center Universitas Negeri Ohio.
“Tahun ini adalah tahun yang berbeda, karna pandemi mendatangkan banyak masalah elektoral, ekonomi, dan emosi publik serta bencana alam,” kata Ken Yeager.
“Untuk itu sangat sulit untuk berpaling dari kebiasaan Droomscolling ini,” lanjut Ken Yeager menjelaskan.
Selain termasuk dalam kebiasaan yang unik, ternyata Droomscolling merupakan dampak dari kapitalisasi teknologi.
Baca Juga: Soal Rizieq Shihab Langgar Protokol Kesehatan Denda Rp 50 Juta, Kepala Satpol PP Sebut Terlalu Kecil
Jeff Gardere, PhD, seorang Profesor Asosiasi dan Direkktur Pengobatan Perilaku di Touro College of Osteopathic Medicine, New Yorkk City mengatakan bahwa semakin sering seseorang mengklik sebuah laman, maka semakin banyak uang yang mereka hasilkan.
Kebutuhan dari pengidap Droomscolling adalah membaca dan mencari informasi, teknologi akan menyediakan itu dengan mencari keuntungan dibaliknya.
“Telepon adalah penghubung kita dengan dunia luar. Kami dibanjiri dengan berita buruk atau negatif dan itu terjadi setiap beberapa menit, ”katanya. “Rasa urgensi, kegembiraan, dan bahaya bisa menjadi sangat adiktif.” Ujar Jeff menjelaskan.
Gejala Doomscrolling diantaranya takut ketinggalan, merasa bosan, kewaspadaan berlebihan, dan candu terhadap gawai.