Network
POTENSIBISNIS - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, teknologi secanggih apapun tak akan berguna jika masyarakat tidak siap dalam mengantisipasi dan menghadapi bencana tsunami yang kemungkinan terjadi.
Hal tersebut ia sampaikan dalam webinar Hari Kesadaran Tsunami Dunia yang diperingati setiap 5 November itu.
Dwikorita pun mengatakan, aspek kultur, yaitu pemerintah daerah dan masyarakat sebagai ujung tombak menjadi tantangan dalam kesiapsiagaan bencana.
Baca Juga: Argentina vs Paraguay Berakhir Imbang 1-1 Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Conmebol
Menurutnya, apabila masyarakat dan pemda di daerah rawan bencana tsunai tak memiliki kepastian untuk mengoperasikan serta memelihara sirine peringatan dini tsunami, teknologi yang sudah disiapkan tak akan berguna.
"Semua teknologi, super komputer yang mendukung sistem peringatan dini akan lumpuh, akan sia-sia dan tak berguna kalau aspek kultur tidak siap. Aspek kultur itu, yakni masyarakat dan pemda," kata Dwikorita saat membuka webinar dalam rangkan memperingati Hari Kesadaran Tsunami Dunia pada Jumat 13 November 2020, dilansir ANTARA.
BMKG pun telah membangun sistem peringatan dini tsunami, yaitu Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang telah beroperasi sejak 2008.
Baca Juga: Rupiah Melemah Pagi Ini 13 November 2020 Kisaran Rp14.200 per Dolar AS
Senada dengan Dwikorita, perwakilan Unesco Indonesia, Ardito M Kodijat mengatakan, banyak pembelajaran dari kejadian tsunami yang lalu, bahwa sistem peringatan dini tsunami yang canggih tak akan menyelamatkan nyawa jika masyarakat berisiko tidak memiliki pengatahuan dan kapasitas untuk merespon peringatan dini tersebut.
