Peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh yang Mengakibatkan Ratusan Ribu Jiwa Tewas di 14 Negera

- 26 Desember 2020, 10:20 WIB
Ilustrasi Tsunami Aceh /Pixabay /Wikiimages
Ilustrasi Tsunami Aceh /Pixabay /Wikiimages /

POTENSIBISNIS - Gempa dan tsunami ini merupakan satu di antara bencana alam yang paling mematikan sepanjang sejarah.

Indonesia adalah negara yang terdampak paling parah, selain Sri Lanka, India, dan Thailand.

Gempa bumi Samudra Hindia pada 2004 terjadi pukul 08:58 WIB tanggal 26 Desember 2004, terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia secara episentrum.

Guncangan gempa tersebut berskala 9,1-9,3 magnitudo, dalam skala kekuatan Momen dan IX Violent dalam skala intensitas Mercalli.

Baca Juga: Resep dan Cara Membuat Karedok Basreng, Jajanan Populer Khas Jawa Barat

Gempa megathrust di bawah laut terjadi saat Lempeng Hindia didorong ke bawah oleh Lempeng Burma sehingga memicu serangkaian tsunami mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia.

Gelobang tsunami itu mencapai 20 meter (100 ft) sehingga menewarkan 230.000 - 280.000 jiwa di 14 Negara, dan menenggelamkan sejumlah permukiman pesisi.

Ini adalah gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan durasi patahan terpanjang sepanjang sejarah (antara 8,3 dan 10 menit).

Baca Juga: Mengerikan! Virus Corona Varian Baru Super Ganas Cabut Nyawa 691 Tewas di Inggris dalam 28 Hari

Gempa ini menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci) dan memicu aktivitas gempa di berbagai wilayah, termasuk Alaska. Episentrumnya terletak antara Pulau Simeulue dan Sumatra.

Penderitaan masyarakat dan negara terdampak mendorong berbagai negara untuk memberi bantuan kemanusiaan.

Masyarakat internasional secara keseluruhan menyumbangkan lebih dari US$14 miliar (2004) dalam bentuk bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Mengerikan! Virus Corona Varian Baru Super Ganas Cabut Nyawa 691 Tewas di Inggris dalam 28 Hari

Peristiwa ini dikenal di kalangan peneliti sebagai gempa bumi Sumatra–Andaman. Tsunami yang terjadi sesudahnya mendapat berbagai julukan, termasuk tsunami Samudra Hindia 2004, tsunami Asia Selatan, tsunami Aceh, tsunami Indonesia, tsunami Natal, dan tsunami Boxing Day.

Ciri-ciri Gempa

Gempa tersebut berawal tercatat berkekuatan Mw 8,8. Kemudian bulan Februari 2005, para ilmuwan merevisi perkiraan kekuatannya menjadi 9,0.

Meskipun Pacific Tsunami Warning Center (PTWC) menerima revisi tersebut, United States Geological Survey masih bertahan dengan angka 9,1. Sebagian besar penelitian tahun 2006 mencantumkan kekuatan Mw 9,1-9,3.

Dr. Hiroo Kanamori dari California Institute of Technology yakin bahwa Mw 9,2 adalah angka yang cocok untuk gempa sebesar ini.

Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak di Samudra Hindia, 160 km (100 mi) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatra Utara, pada kedalaman 30 km (19 mi) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km (6,2 mi).

Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1300 km (810 mi). Gempanya diikuti tsunami secara bersamaan mengguncang Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa.

Patahan splay atau 'patahan muncul' sekunder menyebabkan sebagian dasar laut yang panjang dan sempit naik dalam hitungan detik.

Peristiwa tersebut segera menambah ketinggian dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi kehancuran total di Kota Banda Aceh, Indonesia.

Episentrum Gempa

Indonesia terletak di antara Cincin Api Pasifik yang membentang di sepanjang pulau-pulau timur laut yang dekat dengan New Guinea dan sabuk Alpide yang membentang di sepanjang kawasan selatan dan barat dari Sumatra, Jawa, Bali, Flores, hingga Timor.

Gempa-gempa besar seperti gempa Sumatra-Andaman, yang selalu berkaitan dengan sejumlah gempa megathrust di zona subduksi, memiliki momentum seismik yang mampu mewakili sekian persen momentum gempa global dalam kurun satu abad.

Dari seluruh momentum seismik yang dilepaskan semua gempa bumi dalam kurun 100 tahun dari 1906 sampai 2005, seperdelapannya diakibatkan oleh gempa Sumatra-Andaman.

Gempa ini, bersama gempa bumi Jumat Agung (Alaska, 1964) dan gempa bumi besar Chili (1960), mewakili hampir separuh total momentum dunia.

Gempa bumi San Francisco 1906 yang lebih kecil namun mematikan disertakan dalam diagram di bawah. Mw menandakan kekuatan atau magnitudo gempa dalam skala kekuatan Moment.

Sejak 1900, gempa yang tercatat berkekuatan lebih besar dari gempa Samudra Hindia hanya gempa bumi besar Chili 1960 (9,5) dan gempa bumi Jumat Agung1964 di Prince William Sound (9,2).

Dua gempa lain yang tercatat berkekuatan 9,0 atau lebih terjadi di lepas pantai Kamchatka, Rusia, tanggal 4 November 1952 (kekuatan 9.0) dan Tōhoku, Jepang, bulan Maret 2011 (kekuatan 9,0).

Masing-masing gempa bumi megathrust ini juga menghasilkan tsunami di Samudra Hindia, namun jumlah korbannya lebih sedikit dikarenakan kepadatan penduduk yang jarang di pesisir daerah bencana, jarak yang jauh dengan pesisir padat penduduk, serta infrastruktur dan sistem peringatan canggih di negara-negara MEDC (negara yang lebih maju ekonominya) seperti Jepang.

Gempa bumi megathrust kuat lainnya terjadi tahun 1868 (Peru, Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Selatan); 1827 (Kolombia, Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Selatan); 1812 (Venezuela, Lempeng Karibia dan Lempeng Amerika Selatan); dan 1700 (Amerika Utara barat, Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Amerika Utara).
Semuanya diyakini berkekuatan lebih dari 9, namun belum ada pengukuran akurat pada masa itu.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah