Makna Lambang dan Lagu Garuda Pancasila Perlu Diketahui Sejarah Singkat Pencipta Liriknya Sudharnoto

1 Oktober 2020, 19:44 WIB
Garuda Pancasila merupakan lambang kebesaran Negara Indonesia.* /ibnuamaru/Pixabay

POTENSI BISNIS - Lambang Negara Garuda Pancasila berupa burung Garuda berwarna emas dengan perisai di dadanya. Selain itu, ia juga mencengkram sebuah kain di kakinya.

Setiap detail tersebut memiliki arti masing-masing, di antaranya;

1. Burung garuda melambangkan kekuatan

2. Warna emas melambangkan kemuliaan

3. Perisai melambangkan pertahanan bangsa Indonesia

4. Warna merah putih melambangkan bendera nasional Indonesia. Merah artinya berani dan putih artinya murni.

Baca Juga: Tips Kelola Keuangan di Usia 20-an Agar Tetap Aman Habis Gajian

5. Garis hitam tebal di perisai melambangkan wilayah Indonesia dilalui oleh garis Khatulistiwa.

6. Simbol dalam perisai melambangkan Pancasila itu sendiri.

Bintang untuk melambangkan Ketuhanan yang maha Esa, rantai melambangkan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pohon beringin melambangkan persatuan Indonesia, kepala banteng melambangkan demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Serta padi dan kapas yang melambangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca Juga: Hari Batik Nasional 2 Oktober, APPBI: Para Perajin Batik Terpaksa Gulung Tikar Terdampak Covid-19

Jumlah bulu Burung Garuda pun terdapat sebuah arti sebagai berikut;

Jumlah bulu pada Garuda Pancasila sebenarnya melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan indonesia, 17 Agustus 1945.

Pada setiap sayap, bulunya berjumlah 17. Kemudian, bulu ekor berjumlah 8. Bulu di bawah perisai atau pangkal ekor jumlahnya 19.

Terakhir adalah bulu pada leher yang jumlahnya 45. Sehingga akan membentuk angka 17, 8 dan 1945.

Sedangkan tulisan yang dicengkeram Burung Garuda, yakni Bhineka Tunggal Ika berarti kesatuan dalam keberagaman, meskipun berbeda, namun tetap satu.

Mars Indonesia; Lagu Garuda Pancasila

Garuda Pancasila

Akulah pendukungmu

Patriot proklamasi

Sedia berkorban untukmu

Pancasila dasar negara

Rakyat adil makmur sentosa

Pribadi bangsaku

Ayo maju, maju

Ayo maju, maju

Ayo maju, maju!

Lagu mars 'Garuda Pancasila' tersebut ditulis oleh Sudharnoto ditetapkan sebagai lagu nasional.

Lirik lagu ini berisi tentang semangat perjuangan dan kesetiaan rakyat Indonesia kepada Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara.

Mars 'Garuda Pancasila' ditulis oleh Sudharnoto dipakai dan ditetapkan sebagai lagu nasional. Lirik lagu ini berisi tentang semangat perjuangan dan kesetiaan rakyat Indonesia kepada Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara.

Sudharnoto adalah seniman Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Sudharnoto, sebagaimana ditulis Hersri Setyawan dalam buku Kamus Gestok (2003:273), lahir di Kendal, Jawa Tengah pada tanggal 24 Oktober 1925.

Meskipun pernah sekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (hanya sampai tingkat dua) tetapi Sudharnoto lahir dari keluarga yang mencintai musik.

Ayahnya yang merupakan dokter pribadi Mangku Negara VII di Surakarta sangat gemar bermain gitar, seruling dan biola. Sementara sang ibu pandai bermain akordeon. Dari sanalah kegemaran Sudharnoto terhadap musik lahir.

Kendati demikian, meskipun kedua orang tuanya bisa memainkan alat musik, Sudharnoto belajar musik dari sejumlah seniman seperti Jos Cleber, Daljono, Soetedjo hingga R.A.J.

Soedjasmin, demikian sebagaimana dicatat dalam buku Lagu Wajib Nasional tulisan Wildan Bayudi (2019:181).

Dalam perjalanan kariernya sebagai musikus, Sudharnoto pernah mengisi siaran RRI Solo bersama orkes pimpinan Maladi bernama Orkes Hawaiian Indonesia Muda.

Pada tahun 1952, Sudharnoto menjadi kepala seksi musik di RRI Jakarta dan menjadi pengisi acara di Hammond Organ Sudharnoto.

Selain itu, Sudharnoto juga mendirikan Ensambel Gembira, sebuah kelompok penyanyi Istana, bersama sejumlah seniman seperti Bintang Suradi dan Titi Soebronto K. Atmojo.

Sayangnya, pasca-meletusnya tragedi 1965, seluruh anggota Lekra diburu, ditangkap, ditahan serta dibunuh tanpa melalui proses pengadilan. Sudharnoto tidak luput dari peristiwa itu.

Ia diberhentikan dari RRi dan ikut dijebloskan di Rumah Tahanan Salemba. Akibat peristiwa itu, Sudharnoto kehilangan pekerjaan. Setelah keluar dari penjara, ia bekerja serabutan mulai dari menjadi penyalur es, sopir taksi hingga sopir di Bank Indonesia.

Namun, pada tahun 1969, ia kembali terjun ke dunia musik dengan menjadi pianis di sebuah restoran dan di hotel di Jakarta. Pada tanggal 11 Januari 2020, Sudharnoto meninggal dunia dan dimakamkan di TPU Karet.

Selain menggubah 'Mars Pancasila' yang kini dikenal sebagai lagu 'Garuda Pancasila', Sudharnoto juga telah banyak menciptakan lagu di antaranya 'Asia-Afrika Bersatu', 'Dunia Milik Kita', dan 'Bunga Sakura'.

Lagu 'Dunia Milik Kita' ciptaannya dimasukkan ke dalam album perdana milik Paduan Suara Dialita yang berisikan lagu-lagu ciptaan para komponis penyintas tahanan politik 1965 selama berada di penjara pengasingan, termasuk Sudharnoto.

Dialita, adalah akronim dari Di Atas Lima Puluh Tahun, sebuah paduan suara yang terdiri dari perempuan yang peduli terhadap korban kekerasan sejarah 1965.***

Editor: Pipin L Hakim

Tags

Terkini

Terpopuler