Dampak Udara Buruk di Ibu Kota: Dinkes DKI Jakarta Ajak Warga untuk Berhati-hati

16 Agustus 2023, 13:45 WIB
Udara yang berkualitas buruk telah menjadi isu serius yang mempengaruhi banyak kota di seluruh dunia, salah satunya Jakarta. /ANTARA/

POTENSI BISNIS - Udara yang berkualitas buruk telah menjadi isu serius yang mempengaruhi banyak kota di seluruh dunia, salah satunya Jakarta.

Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengambil langkah proaktif untuk mengajak warganya membatasi aktivitas di luar ruangan guna menghindari dampak buruk dari kualitas udara yang memburuk di wilayah tersebut.

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama, dalam pernyataannya mengatakan bahwa langkah-langkah ini sangat penting, terutama bagi kelompok rentan.

Baca Juga: Waduh! Ternyata Elsa Belum Move On dari Nino, Rumah Tangga Devan Penuh Cobaan di Ikatan Cinta

"Hindari beraktivitas di luar ruang (outdoors) terutama bagi kelompok rentan," kata Ngabila Salama dikutip PotensiBisnis.com dari Antara News.

Kelompok rentan ini termasuk bayi di bawah lima tahun (balita), ibu hamil, pra-lansia berusia 45-59 tahun, dan lansia berusia lebih dari 60 tahun.

Aktivitas di luar ruangan dapat meningkatkan risiko paparan terhadap partikel-partikel berbahaya dalam udara, yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mereka.

Ngabila juga menyoroti pentingnya penggunaan masker medis saat berada di luar ruangan.

Masker dapat membantu melindungi saluran pernapasan dari partikel-partikel berbahaya, seperti PM2.5 yang telah terdeteksi dalam kualitas udara Jakarta.

Baca Juga: Tragedi Maut Terjadi di Pernikahan Elsa-Devan, Sosok Ini Susul Kepergian Andin, Bukan Papa Surya, IKATAN CINTA

Ngabila juga mengajak warga untuk menjalani pola hidup sehat dengan prinsip "CERDIK" yang meliputi cek kesehatan secara rutin, menghindari asap rokok, rajin berolahraga, menjaga pola makan seimbang, mendapatkan istirahat yang cukup, dan mengelola stres.

"Kita bisa pakai 'CERDIK" untuk hidup sehat yakni cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin berolahraga, diet seimbang, istirahat yang cukup, dan kelola stres," ujar Ngabila.

Dalam hal masker, Ngabila memberikan saran untuk menggunakan masker jenis N95 dan N99, yang dapat membantu menyaring partikel-partikel udara berbahaya dengan lebih efektif.

Selain itu, imunisasi rutin lengkap direkomendasikan bagi anak-anak dan kelompok rentan untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap potensi risiko kesehatan yang disebabkan oleh polusi udara.

Ngabila juga memberikan beberapa saran praktis untuk meredakan gangguan pernapasan akibat udara buruk.

Misalnya, jika hidung tersumbat, menghirup uap air panas atau menggunakan tetes minyak kayu putih atau minyak esensial dapat membantu melegakan pernapasan.

Selain itu, konsumsi suplemen vitamin C dan vitamin D3 juga direkomendasikan, terutama untuk menggantikan paparan sinar matahari pagi yang mungkin terbatas akibat berkurangnya aktivitas di luar ruangan.

Data dari situs pemantau kualitas udara IQAir menunjukkan bahwa Jakarta saat ini menghadapi tantangan serius dalam hal kualitas udara.

Pada pukul 11.55 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta mencapai angka 163, yang masuk dalam kategori "tidak sehat" dengan polusi udara PM2.5 sebagai salah satu penyebab utamanya. Data ini menjadikan Jakarta sebagai kota dengan udara terburuk di dunia pada saat itu.

Namun, Jakarta bukanlah satu-satunya kota yang menghadapi masalah serupa. Contoh lain termasuk Doha, Qatar, dan Kuching, Malaysia, yang juga mengalami kualitas udara yang buruk.

Situasi ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya perhatian terhadap kualitas udara dan upaya bersama untuk melindungi kesehatan masyarakat serta menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat.***

Editor: Sihab Ulumudin

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler