Masa Lalu Mensos Risma Dikuliti Politisi dan Akademisi, PDIP Singgung Harapan Wong Cilik

7 Januari 2021, 20:00 WIB
Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini didampingi pejabat di Jakarta, blusukan. Risma banyak memberi janji pada pemulung dan pengemis saat blusukandi belakang kantor Kemensos, Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Senin 28 Desember 2020. Kini para pengemis sedang dicari Gubernur DKI Jakarta, Anies Basedan. /Dok. Humas Wali Kota Jakarta Pusat/



POTENSIBISNIS.COM - Masa lalu Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini atau yang akrab disapa Risma mendadak dikuliti politisi hingga akademisi.

Pemicunya tak lain Risma diduga melakukan drama saat blusukan di kolong-kolong jembatan tol di Jakarta.

Politisi senior dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid ikut mengomentari blusukan Risma di Jakarta.

Baca Juga: Tiba-tiba Mantan Anak Buah SBY Sindir Anies Baswedan, Sebut Jangan Malu dengan Temuan Mensos Risma

Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Potensi Banjir, Hujan Lebat Disertai Kilat Petir di Sejumlah Wilayah Ini

Dia menyinggung masa lalu Risma selama dua periode menjadi Wali Kota Surabaya.

Dia menyinggung soal masyarakat Surabaya sendiri yang masih banyak tinggal di kolong jalan tol.

Kata dia, masalah pemulung di Surabaya itu belum beres ditangani Risma.

Baca Juga: Pemerintah Berikan KIS Online secara Gratis bagi PMKS, Ini Manfaatnya

Wakil Ketua MPR itu dalam cuitannya menautkan laporan mengenai jumlah keluarga yang menghuni kolong Jalan Tol Waru-Tanjung Perak hingga Kampung 1001 Malam yang mencapai 175 kepala keluarga (KK) di Surabaya.

Sebut Hidayat Nur Wahid, masalah 175 KK penghuni kolong Jalan Tol Waru-Tanjung Perak Surabaya, belum bisa diselesaikan Risma.

“Saya kira saat Mensos Risma blusukan ke kolong tol dan temui gelandangan di Jakarta, beliau selama jadi walikota Surabaya sudah blusukan dan selesaikan masalah 175 KK penghuni kolong Jln Tol Waru-Tjg Perak Surabaya. Tapi menurut warga di sana, malah belum pernah,” ujar HNW melalui akun Twitter pribadinya @hnurwahid dikutip pada Kamis, 7 Januari 2021.

Baca Juga: Yunarto Wijaya Komentari Gaya Blusukan Mensos Risma, Netizen Riuh Minta Cek Pengemis di Surabaya

Kata dia, berdasarkan laporan warga di sana, belum pernah sama sekali dikunjungi oleh Risma.

Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar melalui cuitan di akun @musniumar menulis rasa prihatinya pada warga kolong jembatan di Surabaya.

Tulis dia, 10 tahun warga kolong tol tidak pernah diblusuki apalagi dibereskan.

"Saya prihatin, 1) 10 tahun pimpin Surabaya warga kolong Tol tsb tdk pernah diblusuki apalagi dibereskan."

Kedua, hari pertam masuk kerja, Mensos Risma sudah blusukan. Padahal, seharuinya visi misi presiden sudah dijabarkan dalam rencana kerja.

"2) Hari l masuk kerja Mensos sdh blusukan. Shrsnya Visi Misi Presiden dijabarkan dlm rencana kerja, menata organisasi, melaksanakan, mengawasi."

Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari gencarnya aksi blusukan Menteri Sosial (Mensos) Risma akhir-akhir ini.

Dalam acara santai bersama Hersubeno Arief yang ditayangkan pada video YouTube kanal Rocky Gerung Official dikutip Kamis 7 Januari 2021, ia mengatakan, Risma tidak begitu mengenal Jakarta karena baru saja datang sebagai Menteri Sosial.

Risma diduga tidak tahu jika Jalan Thamrin merupakan kawasan karpet merah atau disebutnya sebagai diplomatic society.

Dengan begitu, lanjut dia, dipastikan Risma mendapatkan informasi yang telah direkayasa.

"Semua orang Jakarta ngerti itu. Thamrin adalah daerah karpet merah untuk diplomatic society. Dari segi logika saja sudah tak mungkin terjadi," kata Rocky.

Ia pun memberikan saran kepada Mesos Risma, sebelum melakukan blusukan menemui masyarakat miskin, sebaiknya membaca sejumlah laporan mengenai kemiskinan dari berbagai sumber.

Itu seperti laporan dari Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB) dan Human Development Index. Sebab, kemiskinan itu ditemukannya di statistik.

"Ibu Risma harus baca itu, baru dia bercakap-cakap dengan kemiskinan. Bukan dengan orang miskin disodorkan, baru dia bercakap-cakap," ujarnya.

"Jadi, ada panitia pengumpul pengemis sekarang di Jakarta," celotehnya.

Karena aksi Risma itulah, ia mengaku membayangkan satu kabinet sedang tertawa.

Sebab, satu kabinet yang lebih dulu ada bolak-balik lewat Jalan Thamrin, termasuk Presiden Jokowi.

"Saya bayangkan satu kabinet lagi tertawa karena satu kabinet yang dahulu ada di Monas itu bolak-balik lewat jalan itu. Jokowi juga lewat situ," ujarnya.

"Tapi tiba-tiba ada menteri baru datang kok langsung ada pengemis. Saya berpikir mungkin pengemis itu mengikuti Ibu Risma dari Surabaya," katanya.

Kemudian, Rocky menyatakan, untuk menghasilkan kebijakan di bidang sosial, butuh kemampuan untuk membandingkan data antarwilayah.

"Bukan data antara Thamrin dan Sudirman," ucap Rocky Gerung.

Karena itu, kata Rocky, sebaiknya Risma kembali ke kantornya untuk memberikan pengarahan kepada pejabat-pejabat di Kementerian Sosial agar menciptakan kebijakan yang tepat.

"Sebaiknya bu Risma masuk kantor dan jangan keluar-keluar. Di depan komputer, brief pejabatnya supaya Bu Risma mengerti apa itu public policy di bidang sosial policy. Jangan sampai ada public policy tapi ga ada social policy," ujar Rocky.

"Keadilan sosial itu harus dipahami dulu baru bikin kebijakan politik. Jangan terus langsung bercakap-cakap dengan pengemis, semua orang juga bisa," tandasnya.***

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto membela Tri Rismaharini yang aktif blusukan di DKI Jakarta setelah dilantik menjadi Menteri Sosial.

Menurut Hasto, blusukan itu adalah karakter Risma yang memang kerap menemui masyarakat.

"Karakter kepemimpinan Bu Risma setiap kunjungan ke daerah itu turun dan menyapa rakyat khususnya mereka yang miskin, yang terpinggirkan, yang diperlakukan tidak adil," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 Januari 2021.

Kata Hasto, apa yang dilakukan Risma merupakan cara membangun harapan bahwa wong cilik dan rakyat Marhaen tidak akan lagi merasa tertinggalkan karena hadirnya pemimpin yang menyatu dengan rakyat.

Dia pun menyinggung semangat para pendiri bangsa sejak awal konstitusi dirancang.

Mereka, kata Hasto, menegaskan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

"Sehingga ini harus menjadi bagian kultur kepemimpinan nasional kita, seorang pemimpin yang menyatu dengan rakyat," ucap Hasto.***

Editor: Awang Dody Kardeli

Tags

Terkini

Terpopuler