Baca Juga: Tes Kepribadian: Pilih Satu Warna yang Paling Disukai, Ungkap Karakter, Emosi dan Sifat Asli Anda
Setelah lulus, Frans Kaisiepo sempat mengikuti kursus kilat Sekolah Pamong Praja di Kota Nica (sekarang Kampung Harapan Jaya), Papua, selama bulan Maret hingga Agustus 1945.
Di sekolah tersebut, Frans diajar oleh Soegoro Atmoprasodjo, seorang guru dari Jawa yang sangat dipercaya oleh Belanda tapi justru mengajarkan nasionalisme pada murid-muridnya.
Soegoro Atmoprasodjo adalah aktivis Partai Indonesia (Partindo) dan guru Taman Siswa bentukan Ki Hadjar Dewantara.
Pada tahun 1935 Soegoro dibuang ke Boven Digoel, Papua karena dituduh terlibat pemberontakan terhadap Belanda.
Ajaran dari Soegoro semakin menambah rasa cinta Frans Kaisiepo pada Indonesia.
Baca Juga: IKATAN CINTA: Sampai di Villa, Ingatan Sal Kembali hingga Bukti Kejahatan Mama Rosa Terbongkar
Dari Soegorolah, Frans dan teman-teman sekolahnya mengenal lagu Indonesia Raya, jauh sebelum gerakan Papua Merdeka muncul.
Pada tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, sebuah konferensi yang bertujuan untuk membentuk negara-negara bagian Republik Indonesia Serikat dilaksanakan di Kota Malino, Sulawesi Selatan. Konferensi tersebut dikenal dengan nama Konferensi Malino.
Frans Kaisiepo ikut menghadiri konferensi sebagai wakil Papua. Pada konferensi tersebut, ia menentang keras niat Belanda yang ingin menggabungkan Papua dengan Maluku dan memasukkan Papua ke Negara Indonesia Timur (NIT).