Penggunaan Galon Air Minum Isi Ulang Bahaya bagi Kesehatan? Simak Penjelasannya

- 31 Januari 2022, 12:40 WIB
Ilustrasi - penggunaan galon air minum isi ulang bahayakah bagi kesehatan? Simak penjelasannya.
Ilustrasi - penggunaan galon air minum isi ulang bahayakah bagi kesehatan? Simak penjelasannya. /Babah Pram/Babah Pram/potensibisnis.pikiran-rakyat.com
 
POTENSI BISNIS - Penggunaan galon sebagai kemasan air minum secara berulang sudah menjadi kehidupan sehari-hari yang pastinya dilakukan banyak masyarakat.
 
Namun dalam beberapa waktu terakhir, muncul polemik yang mempertanyakan keamanan kemasan galon polikarbonat secara berulang.
 
Pasalnya, galon isi ulang diduga bisa meningkatkan migrasi BPA dan berbahaya.
 
 
 
Sejumlah oknum bahkan menggunakan isu tersebut sebagai alat kampanye hitam untuk menjatuhkan merek atau brand kompetitor di pasaran. 
 
Dampaknya, keresahan masyarakat pun muncul karena semakin banyak hoaks dan disinformasi yang menyebar mengenai isu penggunaan galon air minum.
 
Hal tersebut dikutip PotensiBisnis.com dari laman ANTARA News, Senin, 31 Januari 2022.
 
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI kembali menegaskan tentang keamanan kemasan galon guna ulang berbahan polikarbonat.
 
Menurut BPOM, otoritas pengawas keamanan pangan negara ini menegaskan kembali seputar keamanan galon polikarbonat.
 
 
BPOM mengatakan, sehubungan dengan beredarnya informasi kandungan Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang digunakan secara berulang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
 
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM terhadap kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir, menunjukkan jika migrasi BPA di bawah 0,01 bpj (10 mikrogram/kg) atau masih dalam batas aman.
 
Untuk memastikan paparan BPA pada tingkat aman, Badan POM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. 
 
Peraturan tersebut mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan PC.
 
Di samping itu, Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) juga menyatakan belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA karena data paparan BPA terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan.
 
 
EFSA telah menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari. 
 
Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 60 kg masih dalam batas aman jika mengonsumsi BPA 240 mikrogram/hari.
 
Penelitian tentang paparan BPA (Elsevier, 2017) menunjukkan kisaran paparan sekitar 0,008-0,065 mikrogram/kg berat badan/hari sehingga belum ada risiko bahaya kesehatan terkait paparan BPA.
 
Beberapa penelitian internasional juga sudah menunjukkan penggunaan kemasan PC termasuk galon air minum dalam kemasan secara berulang tidak meningkatkan migrasi BPA.
 
Di sisi lain, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, air kemasan galon guna ulang aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil. 
 
"Isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan air guna ulang yang dihembuskan oknum tertentu adalah hoaks," kata Budi. 
 
 
PernyataanBudi Gunadi ini memperkuat pendapat pakar polimer, pakar kesehatan, dan pengamat kebijakan yang menyatakan keamanan kemasan air berbahan polikarbonat (PC).
 
Sebelumnya, Kementerian Kominfo juga telah mengategorikan bahaya BPA pada galon polikarbonat sebagai hoaks disinformasi.
 
DR Ahmad Zainal, pakar polimer dari ITB juga menyayangkan adanya narasi yang keliru dalam memahami kandungan BPA dalam galon guna ulang berbahan Polikarbonat (PC) akhir-akhir ini. 
 
Sebagai pakar polimer, Ahmad melihat PC itu merupakan bahan plastik yang aman.
 
Ahmad Zainal menyampaikan antara BPA dan PC itu dua hal yang berbeda. 
 
Banyak orang salah mengartikan antara bahan kemasan plastik Polikarbonat dan BPA sebagai prekursor pembuatnya.
 
Menurutnya, beberapa pihak sering hanya melihat dari sisi BPA-nya saja yang disebutkan berbahaya bagi kesehatan tanpa memahami bahan bentukannya yaitu Polikarbonatnya yang aman jika digunakan untuk kemasan pangan.
 
Kemudian, Ahmad mengibaratkan seperti garam NaCl (Natrium Chlorida), masyarakat bukan mau menggunakan Klor yang menjadi bahan pembentuk garam itu, tapi yang digunakan adalah NaCl yang tidak berbahaya jika dikonsumsi.
 
"Jadi dalam memahami ini, masyarakat harus pandai mengerti agar tidak dibelokkan oleh informasi yang bisa menyesatkan dan merugikan," ujar Ahmad. 
 
Ahmad berharap berita-berita yang terkait BPA galon guna ulang harus dijelaskan secara ilmiah dan jangan dibuat sebagai kontroversi menurut ilustrasi masing-masing yang bisa membuat Anda keliru.***

Editor: Babah Pram

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x