Gangguan Mental Boleh Diceritakan kepada Orang Lain? Ini Penjelasannya

- 28 Maret 2021, 12:06 WIB
Ilustrasi – Berikut ini adalah daftar hal yang diinginkan oleh penderita depresi yang megarah pada gangguan mental.*
Ilustrasi – Berikut ini adalah daftar hal yang diinginkan oleh penderita depresi yang megarah pada gangguan mental.* //Pixabay/darksouls1

POTENSI BISNIS - Masalah mental yang diderita oleh tiap orang pasti berbeda-beda.

Ada yang hanya memendamnya saja, bahkan ada yang suka menceritakan kepada orang lain tentang masalah kesehatannya itu.

Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia (UI), Mega Tala Harimukthi, menyampaikan tentang seseorang boleh-boleh saja menceritakan masalah kesehatan mentalnya kepada orang lain yang dipercaya.

Baca Juga: Berikut 5 Rekomendasi Film Studo Ghibli Terbaik untuk Ditonton Akhir Pekan

Baca Juga: Wapres Maruf Amin: Teknologi Digital Bantu Masa Sulit Pandemi Covid-19

Dengan masalah itu, tidak menutup kemungkinan seseorang meminta belas kasih orang-orang tertentu yang dia harapkan hadir dalam hidupnya.

Tetapi ini juga tergantung kepada masing-masing individu.

"Boleh kok menceritakan ke orang lain yang dipercaya dan yang mereka nyaman ya. Biasanya sih enggak mudah juga buat mereka mau dan bisa terbuka ya," kata dia dikutip dari ANTARA, pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Baca Juga: Persiapan Ruhiyah untuk Sambut Ramadhan, Satu di Antaranya Mantapkan Niat dalam Diri

Biasanya bagi mereka yang tergolong generasi Z akan cenderung mencari bantuan lebih cepat.

Dengan cara mencari informasi terkait kondisi dirinya melalui sumber-sumber kesehatan di media.

Bahkan ada orang yang hanya membiarkan saja, sehingga akan berpengaruh pada kesehatan jiwanya.

Baca Juga: 7 Tips Mudah Hafal Alquran 30 Juz Kata Taqy Malik: Satu di Antaranya Minta Restu Orangtua

"Alasan lainnya dia mau menunjukkan bahwa struggle is real jadi walaupun pernah depresi mereka bisa kembali punya kehidupan normal. Apalagi kalau masa-masa gelapnya sudah lewat ya," ujarnya.

Di samping itu, Tala mengingatkan untuk berhati-hati memilih orang untuk 'dicurhati', agar orang tersebut tidak berakhir menyepelekan masalah mental itu.

Malah justru akan menyebabkan penderitanya untuk memicu kekambuhan kembali, sebetulnya kondisi seseorang itu sudah membaik.

"Biasanya kan orang akan mudah bercerita saat dia merasa nyaman dengan lawan bicaranya ya. Apalagi untuk masalah kesehatan mental. Saat dia cerita pasti dia menyelipkan harapan agar lawan bicaranya bisa memahami kondisi dia," kata Tala.

Di sisi lain, psikolog klinis dewasa dari Yayasan Pulih, Nirmala Ika mengatakan tentang masalah mental misalnya depresi, bukan sesuatu yang memalukan untuk diceritakan kepada orang lain.

"Apalagi bila cerita yang disampaikan sebenarnya bisa membantu banyak orang untuk juga memahami kondisi penderita, maka mengapa tidak?," kata Nirmala.

Menceritakan gangguan mental yang dihadapi sebenarnya bisa menjadi cara untuk menunjukkan bahwa penderita butuh support system lingkungan.

Mungkin caranya sekedar menunjukkan sedang depresi, namun bisa kembali memiliki kehidupan normal seperti orang pada umumnya.

"Banyak klien-klien saya akhirnya bisa membantu teman-temannya untuk menyadari mereka memiliki masalah emosional dan mulai mencari bantuan sehingga mereka dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik," ujarnya.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah