Biasanya bagi mereka yang tergolong generasi Z akan cenderung mencari bantuan lebih cepat.
Dengan cara mencari informasi terkait kondisi dirinya melalui sumber-sumber kesehatan di media.
Bahkan ada orang yang hanya membiarkan saja, sehingga akan berpengaruh pada kesehatan jiwanya.
Baca Juga: 7 Tips Mudah Hafal Alquran 30 Juz Kata Taqy Malik: Satu di Antaranya Minta Restu Orangtua
"Alasan lainnya dia mau menunjukkan bahwa struggle is real jadi walaupun pernah depresi mereka bisa kembali punya kehidupan normal. Apalagi kalau masa-masa gelapnya sudah lewat ya," ujarnya.
Di samping itu, Tala mengingatkan untuk berhati-hati memilih orang untuk 'dicurhati', agar orang tersebut tidak berakhir menyepelekan masalah mental itu.
Malah justru akan menyebabkan penderitanya untuk memicu kekambuhan kembali, sebetulnya kondisi seseorang itu sudah membaik.
"Biasanya kan orang akan mudah bercerita saat dia merasa nyaman dengan lawan bicaranya ya. Apalagi untuk masalah kesehatan mental. Saat dia cerita pasti dia menyelipkan harapan agar lawan bicaranya bisa memahami kondisi dia," kata Tala.
Di sisi lain, psikolog klinis dewasa dari Yayasan Pulih, Nirmala Ika mengatakan tentang masalah mental misalnya depresi, bukan sesuatu yang memalukan untuk diceritakan kepada orang lain.
"Apalagi bila cerita yang disampaikan sebenarnya bisa membantu banyak orang untuk juga memahami kondisi penderita, maka mengapa tidak?," kata Nirmala.