Disperindag Jabar Minta Produsen Tahu dan Tempe Tidak Mogok Produksi

- 27 Mei 2021, 14:31 WIB
Pekerja memproduksi tempe di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (3/1/2020). Konsumen kesulitan mendapat tahu dan tempe di DKI Jakarta dan sekitarnyaSejumlah produsen tahu dan tempe kembali berproduksi setelah sebelumnya melakukan aksi mogok selama tiga hari karena harga kedelai di pasaran yang naik dari harga Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp.9.000 per kilogram. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyahh/rwa.
Pekerja memproduksi tempe di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (3/1/2020). Konsumen kesulitan mendapat tahu dan tempe di DKI Jakarta dan sekitarnyaSejumlah produsen tahu dan tempe kembali berproduksi setelah sebelumnya melakukan aksi mogok selama tiga hari karena harga kedelai di pasaran yang naik dari harga Rp 7.000 per kilogram menjadi Rp.9.000 per kilogram. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyahh/rwa. /Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO


POTENSI BISNIS - Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( Disperindag) Provinsi Jawa Barat meminta produsen tahu dan tempe tidak melakukan aksi mogok produksi.

Ancaman mogok berjualan tersebut diutarakan oleh para produsen tahu dan tempe dikarenakan akibat dari naiknya harga kedelai dan adanya  kelangkaan dari sejumlah pemasok, sebagaimana dilansir dari ANTARA.

Kepala Bidang perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jawa Barat Eem Sujaemah, mengaku akan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi tingginya harga kedelai dan langkannya dari pemasok.

Baca Juga: Berimbas pada Tahu dan Tempe Harga Kedelai Kembali Naik, Begini Respon Kemendag

"Kami akan terus melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait ancaman mogok dari para produsen tahu dan tempe akibat tingginya harga kedelai dan kelangkaan di sejumlah pemasok," kata Eem.

Eem pun menuturkan sejak Januari 2021, Dsiperindag Jabar bersama dengan  Satgas Pangan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan  Jawa Barat, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) sudah melakukan operasi pasar yang dimana sesuai dengan arahan dari  Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan).

Eem juga mengatakan operasi tersebut dilakukan untuk mengatasi kenaikan Harga kedelai yang terus mengalami kenaikan dipasaran sejak Desember 2020.
Namun menurutnya operasi pasar tidak bisa menjadi patokan untuk bisa memenuhi kebutuhan produsen yang semakin tinggi, sementara
itu pasokan impor kedelai pun semakin menurun.

Menurutnya, dengan tingginya kebutuhan kedelai dalam negeri tidak bisa diimbangi dengan jumlah pasokan dari importir.

Baca Juga: Jokowi Minta APIP Bekerja Maksimal: Tak Ada Toleransi untuk Penyelewengan
"Jadi berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan importir lagi susah, Amerika Serikat sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka namun harganya mencapai Rp10.500 hingga Rp10.700 per kilogram,"  Kata Eem.

Eem pun menuturkan Disperindag Jawa Barat saat ini masih menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kemendag dan Kementan terkait dengan solusi pasokan dan kedelai.

Selain itu pihaknya pun memastikan Gakoptindo, tidak memerintahkan para produsen tempe dan tahu untuk tidak melakukan mogok produksi.

"Dan mungkin ada yang mogok tapi tidak semuanya, pemerintah tidak tinggal diam kok," Kata Eem.

Baca Juga: Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Pemerintah Kocorkan Rp700 Triliun

Eem pun mengatakan jika Gakoptindo menyarankan jika produsen menaikan harga jual maksimal yaitu sebesar 30 persen.

"Jika harga tahu tempe naik 30 persen, itu tidak akan jadi masalah. Secara organisasi Gakoptindo tidak menyarankan libur produksi, kalau dia mogok implikasinya malah akan lebih banyak,” kata Eem.

Menurut Eem, pilihan untuk saat ini adalah dengan menaikan harga produksi dan dengan begitu menjadi solusi jangka pendek ketimbang produsen tahu dan tempe untuk melakukan mogok produksi.***

Editor: Babah Pram

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x