Sejumlah Peternak Ayam Petelur di Majalengka Mengeluh Ayam DOC dan Pulet Sulit Didapatkan

- 16 September 2020, 19:12 WIB
ILUSTRASI: 50 ekor ayam dalam lomba tangkap ayam sambil tutup mata dilakukan ibu-ibu di Majalengka/
ILUSTRASI: 50 ekor ayam dalam lomba tangkap ayam sambil tutup mata dilakukan ibu-ibu di Majalengka/ /Pixabay/Capri23auto

POTENSI BISNIS - Sejumlah peternak ayam petelur di Majalengka keluhkan sulitnya memperoleh anak ayam DOC (day old chiken) atau pulet yaitu anak ayam menjelang bertelur, hingga mereka harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkannya, itu pun harus berebutan dengan peternal lain.

Salah satunya, Eman Sulaeman yang merupakan seorang peternak ayam petelur di Kadipaten, yang sudah lebih dari 5 tahun menjalani budidaya tersebut mengaku telah kekurangan bibit ayam petelur sejak awal bulan Juni kemarin.

Menurut Eman, biasanya mengambil ayam usia 16 Minggu dari PT Lestari di Cihaur, namun belum bisa dipenuhi karena permintaan harus antre dengan peternak lainnya.

Baca Juga: PJJ Menjenuhkan, Gubernur Jabar Persilahkan Orang Tua Ciptakan Variasi Belajar

“Pada awal Mei sebetulnya sudah mengajukan permohonan namun hanya bisa terpenuhi setengahnya dari permintaan. Karena katanya peternak lain sudah lebih dulu mengajukan permintaan dan jumlahnya jauh lebih banyak, awal Juni kembali menanyakan untuk memohon tambahan,” kata Eman.

Hal yang sama disampaikan Tini yang juga telah memesan ayam usia 3 bulanan, namun juga belum bisa dipenuhi.

Sehingga dirinya terpaksa mempertahankan ayam yang sudah hampir lanjut usia lebih dari dua tahunan karena pengganti ayam baru belum datang.

“Ketika tanya produsen, antrian tiga bulan kebelakang juga belum bisa dipenuhi seluruhnya. DOC datang Desember itu untuk memenuhi permintaan bulan April,” kata Tini.

Baca Juga: Anda Punya HP Baru? Belum Tahu IMEI Terdaftar Resmi atau Belum, Cek di imei.kemenperin.go.id

Menurut mereka harga ayam usia 16 minggu ini biasanya dibeli dengan harga Rp 80.000. Sedangkan untuk DOC per dus isi 100 seharga Rp 600.000.

“Hanya biasanya para peternak ini memilih usia 16 mingguan yang sudah di vaksin sehingga lebih aman dipelihara,” ucap Eman. Seperti diberitakan Pikiran-rakyat.com sebelumnya, "Peternak Ayam Petelur di Majalengka Mengeluhkan Sulit Dapat DOC juga Pulet".

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah disertai stafnya Siti Norini membenarkan keluhan para petarnak dan keterlambatan memperoleh bibit ayam.

Kondisi tersebut di antaranya akibat adanya keterlambatan pasokan DOC dari Jakarta ataupun Bekasi akibat pengaruh Covid.

Baca Juga: Program Desa Wisata Bahari Harus Melibatkan Banyak Warga Lokal agar Didukung dan Berkembang

“Hampir semua peternak mengambil pulet dari seorang pengusaha di Cihaur. Hanya sekarang pasokan DOC terhambat oleh Covid, transportasi sulit juga banyak produsen DOC yang mengalami penurunan produksi bahkan gulung tikar akibat Covid ini,” ungkap Iman.

Tak heran menurutnya jika kini para peternak ayam petelur kesulitan bibit dan harus mengantri berbulan-bulan lamanya.

Belum ada solusi yang tepat bagi para peternak ayam petelur ini selama Covid masih terus merebak.

Perusahaan penyalur DOC atau pulet di Majalengka belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan peternak yang setiap bulan katanya menyalurkan lebih dari 35.000 ekor bibit ayam atau pulet dengan DOC yang didatangkan dari wilayah Jakarta dan Bekasi.

Di Kabupaten Majalengka sendiri kini menurut Rini panggilan akrab Siti Norini ada sekitar 42 peternak ayam petelur, yang sebagian diantaranya memelihara dalam jumlah banyak mencapai 7.000 hingga 12.000 ekor. Bahkan ada yang mencapai 40.000 ekor.

M Iqbal MI pengusaha ayam petelur lainnya di Majalengka mengungkapkan, kualitas telur ayam dari Majalengka jauh lebih bagus dibanding telur ayam asal Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. Kulit telur lebih tebal dan lebih tahan lama.

Hal ini karena peternakan ayam di Majalengka rata-rata berada di kawasan dengan suhu udara dingin sedangkan di wilayah lain di pelihara di suhu panas, sehingga kulit telur lebih tipis.

“Pernah ada penelitian kulit telur dari Majalengka ini lebih tebal sehingga tidak mudah busuk seperti telur dari luar kota. “ ungkap M Iqbal yang memproduksi telur per hari mencapai lebih dari 18 kw.***(Tati Purnawati/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x