Usaha Peyek Handika Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Ternyata Ini Rahasianya

- 25 November 2020, 19:02 WIB
Ilustrasi peyek. Foto tidak terkait berita.
Ilustrasi peyek. Foto tidak terkait berita. /instagram.com/@erlinesan/

Namun, sejak Maret lalu pendapatannya merosot hingga rata-rata Rp 300 ribu per bulan.

“Omzet usaha saya turun drastis karena kan biasa dominan pembeli dari orang kerja di bandara, karena rumah dekat bandara. Nah pekerja di bandara kan banyak yang kena PHK dan nggak masuk kerja normal, jadi berpengaruh,” ujar Handika seperti dikutip PotensiBisnis.com dari berita "KUR Super Mikro Selamatkan Usaha Penjual Peyek di Tengah Pandemi"

Handika tahu kondisi saat ini bukan berati harus menyerah. Usaha produksi peyek Handika berlokasi di kawasan Kebon Pala, Halim, Jakarta Timur, harus tetap jalan.

Usaha Ayah dari satu anak ini hingga sekarang masih sangat tergantung dengan kehadiran pembeli secara luring karena pemasaran peyeknya masih dilakukan dari warung ke warung.

Selama pengunjung warung makan berkurang, maka pemesanan peyek buatannya juga menurun.

Handika mengaku saat ini kondisi usahanya memang sudah membaik. Akan tetapi, omzet per bulan belum sebesar biasanya.

Perbaikan omzet yang belum maksimal ini membuat dirinya harus banyak berhemat dan hidup seadanya, serta mengandalkan bantuan pendapatan dari usaha lain orangtuanya.

“Setelah PSBB ini omzet sudah naik jadi sekitar Rp 300-500 ribu. Untuk makan sehari-hari sih cukup karena orangtua saya juga ada usaha kontrakan,” ujarnya.

Beruntung, di tengah kesulitan yang sedang melanda Handika mendapat tawaran pembiayaan dari Bank BRI.

Melalui bantuan seorang Mantri, BRI menawarkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro kepada Handika.

Halaman:

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x