Penjualan Simping di Purwakarta Terdampak Pandemi hingga Berhenti Produksi

9 Agustus 2020, 21:57 WIB
Penjualan simping di Purwakarta terdampak pandemi/ //Hilmi Abdul Halim/Pikiran-rakyat.com

POTENSI BISNIS - Masa pandemi Covid-19 mengakibatkan turunnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Purwakarta.

Kondisi ini berdampak pada penjual oleh-oleh khas daerah setempat seperti halnya kerupuk Simping yang mengalami kerugian.

Di akui salah seorang produsen Andri, dirinya mengalami penurunan omzet penjualan disebabkan kurangnya kunjungan wisatawan.

Baca Juga: OJK : Pelaku UMKM Dipastikan Mendapat Jaminan Modal Kerja dari Pemerintah

"Penurunan omzet sangat terasa setelah pandemi Covid-19, sebelumnya tidak pernah sesepi ini," kata Andri saat ditemui di Jl. Ahmad Yani, Purwakarta.

Dilansir PotensiBisnis.com dari laman Pikiran-Rakyat.com berjudul "Penjualan di Media Sosial Belum Efektif, Produksi Simping Purwakarta Terhenti", para pedagang Simping maupun oleh-oleh khas Purwakarta lainnya sering kali tidak mendapatkan pembeli.

Menurutnya, sebagian besar pembelinya adalah para wisatawan yang berkunjung ke Purwakarta, dan ingin membawa buah tangan untuk keluarga di tempat asalnya.

"Mulai dari pagi hingga siang hari seperti ini belum ada pembeli satu pun," keluh Andri.

Baca Juga: Ekonomi Digital di Indonesia Tumbuh Subur Kalahkan Malaysia, UMKM Segera Digitalisasi

Untuk mendapatkan pembeli, dirinya terpaksa menawar-tawarkan kepada orang-orang yang kebetulan lewat di depan tokonya.

Andri menyebutkan, untuk menjual 410 bungkus butuh waktu hingga tiga pekan. padahal jumlah penjualan sebanyak itu, sebelumnya bisa terjual habis dalam waktu satu pekan saja.

Bahkan menurutnya, lebih buruk kondisi saat pemerintah menetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) beberapa waktu lalu. Kondisi serupa juga terjadi pada saat lebaran Idul Fitri 1441 beberapa waktu lalu.

"Kalau libur lebaran Idul Fitri biasanya paling sedikit habis 500 bungkus, tapi pada hari pertama lebaran kemarin hanya terjual lima bungkus Simping, dan hari keduanya tidak ada sama sekali," imbuhnya.

Karena itu, para pedagang oleh-oleh khas Purwakarta mulai memasarkan produknya melalui media sosial. Namun, cara tersebut belum efektif memulihkan angka penjualannya seperti sebelum pandemi Covid-19 lalu.

Andri berharap, pemerintah dapat membantu mereka memasarkan produknya karena ia mulai kehabisan uang tabungannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

"Sebelum wabah punya modal satu minggu roling buat minggu depan. Tapi setelah ada corona habis sama modal-modalnya," ujarnya.

Selain itu, Andri juga telah memberhentikan karyawannya. Bahkan, ia sudah tidak memproduksi Simping selama pandemi dua bulan terakhir. Ia tidak berproduksi untuk sementara waktu hingga persediaan produknya habis.

Kondisi penjualan yang menurun juga dikeluhkan seorang pegawai Toko Simping Raos Apandi Saleh, Cece. Sejak produksi Simping berhenti, ia mengaku hanya menganggur di rumahnya.

Cece mengaku sudah berupaya mencari pekerjaan lainnya namun belum mendapatkan hasil. "Satu pekan sebelum puasa sudah diliburkan, kemudian masuk kalau produksi jalan. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari pakai uang simpanan dulu," katanya.

Sementara itu, jumlah wisatawan ke Kabupaten Purwakarta itu menurut Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika tidak akan mencapai satu juta orang. Padahal, pemerintah daerah setempat awalnya menargetkan angka kunjungan wisatawan hingga 2-3 juta pada tahun ini.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler