Aktivitas Gunung Merapi Meningkat Tinggi Magma Terus Bergerak ke Permukaan Tingkatkan Kewaspadaan

- 20 November 2020, 18:55 WIB
Tanda peringatan awas lahar dingin dan awan panas di lereng Gunung Merapi, Sleman DIY.
Tanda peringatan awas lahar dingin dan awan panas di lereng Gunung Merapi, Sleman DIY. /Antaranews/Luqman Hakim/


POTENSIBISNIS - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyampaikan, aktivitas Gunung Merapi semakin tinggi, sehingga masyarakat diminta lebih meningkatkan kewaspadaan.

Gunung Merapi tersebut terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Dilaporkan gempa multiphase Gunung Merapi per Jumat 20 November 2020 ini semakin tinggi.

Hal tersebut diungkapkan Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida di sela menghadiri acara kunjungan Kepala BNPB, Doni Monardo ditempat Penampungan Pengungsian Sementara (TPPS) Desa Tlogolele, Kecematan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Baca Juga: Tak Ada Kaitannya dengan Gunung Merapi, BKMG: Suhu Panas di Yogyakarta hingga Akhir November 2020

Menurutnya, hal tersebut terdektesi dari kegempaan multiphase (MP) sudah tinggi, dan magma betul-betul sudah semakin ke permukaan, tetapi belum sampai muncul di puncak Gunung Merapi.

Hanik Humaida mengatakan, risiko ancaman tertinggi dimulai dari batas barat laut, barat hingga ke tenggara.

Daerah yang ada posisi di barat laut ke tenggara dari Gunung Merapi ini, diharapkan lebih meningkatkan kewaspadaan.

Namun, warga di daerah utara dan timur laut hingga timur juga tidak boleh kehilangan kewaspadaan.

Baca Juga: Sinopsis Film Drama Korea Terbaru 'Start Up', Pecinta Drakor Wajib Nonton

"Potensi bahaya arah letusan Gunung Merapi, utamanya ke Kali Gendol, tatapi karena guguran dari puncak berkali-berkali ke arah barat dan barat laut, maka ada potensi juga ke Kali Lamat dan Senowo," katanya.

Namun bentuk erupsinya seperti apa, kata dia, hingga saat data tak menunjukkan kejadian seperti pada 2010 lampau.

Sehingga kondisi ini, tidak perlu sangat dikhawatirkan tetapi harus tetap menigkatkan kewaspadaan.

Baca Juga: Munarman Sebut TNI Diperintah Jokowi, Pandam Jaya: Kalau Perlu Bubarkan FPI

Kendati begitu, sambung Hanik, bagaimanapun jika terjadi erupsi atau membawa awan panas atau letusan itu, menjadi suatu yang berbahaya.

Namun aktivitas Gunung Merapi menunjukkan data tidak seperti kejadian 2010. "Kalau prediksi kami, data seperti kejadian seperti tahun 2006, tatapi lebih besar sedikit," ujarnya.

Hanik menjelaskan, soal pertumbuhan kubah lava di puncak Gunung Merapi belum ada yang menuju ke permukaan, Jadi belum ada kubah lava baru di puncak Gunung Merapi.

Gunung Merapi hingga saat ini, jarak amannya masih dalam batas maksimum 5 km dari puncak Gunung Merapi.

Baca Juga: Berikut 4 Rekomendasi Skincare bagi Perempuan agar Memiliki Kecantikan Ala Orang Korea  

Posis magma yang jelas sudah lebih dangkal, kurang dari 1,5 km dari puncak Gunung Merapi," imbuhnya.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyebutkan, hingga saat ini magma Gunung Merapi masih bergerakn menujuk ke permukaan kawah.

Hanik Humaida juga mengatakan, berdasarkan data-data kegempaan sejak Oktober 2020 lalu, memang mengindikasikan magma sedang bergerak menuju ke permukaan Gunung Merapi.

Kendati demikian, belum dapat diperkirakan kapan magma itu akan sampai di permukaan.
Oleh karena itu, kata dia, karena magma belum muncul di permukaan maka kecepatan pertumbuhan dan volume magma hingga kini belum bisa diketahui.

"Magma belum muncul di permukaan. Masih menuju ke permukaan, kata Hanik Humaida kepada ANTARA, di Kantor BPPTKG Yogyakarta pada Kamis, 19 November 2020.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan morfologi puncak sampai dengan 16 November 2020, kubah lava juga belum terdetekdi muncul di permukaan Gunung Merapi aktif itu.

"Nanti kita ikuti prosesnya. Kalau terbentuk kubah lava maka akan terjadi guguran lava pijar, awan panas dan sebagainya," ucapnya.

Terkait potensi bahaya guguran lava, menurutnya, memiliki kemungkinan mengarah ke bukaan kawah atau ke arah Kali Gendol.

Kendati demikian, tak menutup kemungkinan ke arah barat, barat laut atau ke Kali Senewo.

"Tetap ada kemungkinan ke arah barat, barat laut melihat EDM atau deformasinya atau perubahan bentuk tubuh Gunung Merapi yang ada di sisi barat," ucap Hanik.

Sebelumnya, BPPTKG merekomendasikan beberapa daerah kini tenagah berada dalam prakiraan daerah bahaya. Daerah-daerah yang termasuk dalam daerah bahaya tersebut

diantaranya meliputi:

- Provinsi DIY meliputi Kabupaten Sleman, yakni Kecamatan Cangkringan.

- Provinsi Jawa Tengah meliputi Kab. Magelang, Kab. Boyolali dan Kab. Klaten.

BPPTKG menyarankan kepada pemerintah daerah terkait untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Hal ini merupakan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi.

Hal tersebut penting untuk diperhatikan, mengingat letusan Gunung Merapi yang dapat terjadi setiap saat.

Kemudian, BPPTKG juga menyarankan agar aktivitas pertambangan di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi untuk dihentikan. Selain itu, termasuk juga aktivitas wisata disekitaran Gunung Merapi.

Untuk diketahui, Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas vulkanik, sehingga statusnya kini dinaikan menjadi siaga (level III).

Kenaikan tingkat aktivitas Gunung Merapi menjadi siaga (level III) tersebut sudah ditetapkan sejak awal bulan ini, yakni 5 November 2020.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x