Covid-19 Bukan Lagi Pandemi Tapi Sindemi, Simak Ini Alasannya

- 13 November 2020, 17:10 WIB
Ilustrasi Virus Corona.*
Ilustrasi Virus Corona.* /

"Covid-19 bukanlah pandemi, ini adalah sindemi. Sifat sindemi dari ancaman yang kita hadapi berarti bahwa pendekatan yang lebih bernuansa diperlukan jika kita ingin melindungi kesehatan komunitas kita," kata Richard Horton dikutip dari The Lancet, Jumat, 13 November 2020.

Agregasi penyakit-penyakit ini dengan latar belakang kesenjangan sosial dan ekonomi memperburuk efek samping dari setiap penyakit yang berbeda.

Baca Juga: Bansos BST Kemensos Diperpanjang hingga 2021 untuk 9 Juta KPM, Cek NIK KTP di dtks.kemensos.go.id

Menurutnya, gagasan tentang sindemi pertama kali dipakai oleh Merrill Singer, antropolog medis asal Amerika Serikat di tahun 1990-an.

Dalam tulisannya di 2017 bersama Emily Mendenhall dan kolega-koleganya, Singer berpendapat bahwa pendekatan sindemi mengungkapkan interaksi biologis dan sosial yang penting dalam prognosis, pengobatan, dan kebijakan kesehatan.

Sindemi bisa muncul ketika dua atau lebih penyakit berinteraksi sehingga menyebabkan efek merusak yang lebih besar daripada jumlah korban dari kedua penyakit itu.

"Sifat sindemi dari ancaman yang kita hadapi berarti bahwa pendekatan yang lebih bernuansa diperlukan jika kita ingin melindungi kesehatan komunitas kita," ucapnya.

Konsekuensi terpenting dari melihat Covid-19 sebagai sindemi adalah menggarisbawahi asal-usul sosialnya. Kerentanan warga lanjut usia; pekerja kunci yang umumnya dibayar rendah.

Dengan perlindungan kesejahteraan yang lebih sedikit menunjukkan kebenaran yang sejauh ini hampir tidak diakui.

Yaitu, bahwa tidak peduli seberapa efektif pengobatan atau perlindungan vaksin, pencarian solusi biomedis murni untuk COVID-19 akan gagal.

Halaman:

Editor: Pipin L Hakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah