Eje mengatakan, ekspor mendong ke Amerika dari tempatnya bukan sesuatu yang baru dalam bisnisnya, namun sudah dilakukan sejak sekira lima tahun terakhir. Setiap bulannya, ia mendapat pesanan sekira satu hingga dua kontainer dengan nilai sekira USD 30 ribu.
Ekspansi masih berlanjut bukan hanya ke Amerika, ekspor kerajinan mendong juga dilakukan ke negara lain seperti Inggris, Spanyol, dan Cina.
Namun, 90 persen ekspor mendong memiliki tujuan Amerika. Menurut Eje, produknya laris di luar negeri karena bahan baku mendong itu ramah lingkungan.
Baca Juga: Penjualan Produk Kebutuhan Rumah Tangga di Maketplace Alami Kenaikan saat Pandemi
Sebab, masyarakat luar negeri banyak yang sudah tak mau menggunakan bahan seperti plastik.
Ia mengatakan, pasar ekspor mendong masih sangat terbuka lebar. Selama ini, rumah produksinya juga masih belum bisa memenuhi permintaan ekspor.
"Sekarang kita baru 25 persen memenuhi permintaan dari amerika. Soalnya di sana jadi kebutuhan,"imbuhnya.
Namun, ia tak bisa berbuat banyak untuk memenuhi permintaan mendong itu.
Menurut dia, kendala utama untuk meningkatkan produksi mendong di tempatnya adalah masalah permodalan.
Kendati demikian, Eje mengaku akan terus bertahan di usaha produksi kerajinan mendong. Sebab, baginya mendong tidak hanya sekadar kerajinan, melainkan warisan dan ikon Tasikmalaya yang harus terus dijaga.