UIN Bandung Raih Rekor Muri atas Penerimaan UM-PTKIN Daring Terbanyak

- 22 Agustus 2020, 12:39 WIB
Prof. Dr. Mahmud, M.Si., (kiri) menunjukan piagam penghargaan Muri/
Prof. Dr. Mahmud, M.Si., (kiri) menunjukan piagam penghargaan Muri/ //uinsgd.ac.id

POTENSI BISNIS - Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung raih penghargaan Rekor Muri Ujian Masuk Perguruan Tinggi Islam Negeri berbasis sistem Seleksi Elektronik daring (online) terbanyak.

Dalam hal ini Ketua Panitia Nasional SPAN-UM PTKIN 2020 Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si dalam acara Malam Anugerah Pemberian Penghargaan menerima penghargaan tersebut dalam agenda Penyampaian Rekor Muri dan Rapat Kelulusan UM-PTKIN 202 yang digelar di Harris Vertu Hotel Harmoni, Jakarta Pusat dari tanggal 21-23 Agustus 2020.

Mahmud mengungkapkan, Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) merupakan seleksi mahasiswa baru secara nasional telah dilaksanakan pada tanggal 3-6 Agustus 2020 secara daring yang diikuti 132.929 peserta.

Baca Juga: Penilaian Klasterisasi Perguruan Tinggi Versi Kemendikbud IPB Raih Peringkat Pertama

Dirinya menyebutkan, jumlah peserta yang mendaftar UM-PTKIN terus meningkat di antaranya pada tahun 2018 sebanyak 103.444 orang, tahun 2019 sekitar 122.981 orang, kemudian sebanyak 155.982 orang di tahun 2020.

"Alhamdulillah berkat arahan dan bimbingan dari Menteri Agama Fahrul Razi, Dirjen Pendis Pof. Dr. Ali Ramdhani, S.TP, M.T penghargaan Rekor Muri ini dapat diraih," kata dia pada Jumat 21 Agustus 2020.

Sebagaimana dikutip PotensiBisnis dari rilis yang diterima pada Sabtu 22 Agustus 2020, dalam cara tersebut penghargaan diberikan oleh perwakilan Muri Triyono yang disaksikan Menteri Agama Fahrul Razi.

Baca Juga: Pengumuman UM Undip 2020 Anda Biasa Tahu Cara Ceknya di Sini

Menurut Menag Fachrul sudah sepatutnya kita mensyukurinya dengan terus menerus mengisi kehidupan kita ini dengan karya yang bermanfaat bagi seluruh alam raya.

"Salah satu cara mensyukuri nikmat itu adalah dengan memiliki komitmen yang kuta dalam diri kita untuk menjadi duta, ambassador terbaik bagi ajaran agama islam, yakni yang membawa misis ajaran agama islam rahmatan lil alamin," terangnya.

Pelaksanaa UM-PTKIN tahun ini, lanjutnya, mengalami perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada situasi pandemi Covid-19 saat ini kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, terutama pada penyelenggaraan ujian masuk ke perguruan tinggi.

Terkait dengan pelaksanaan UM-PTKIN inovasi yang telah dilakukan adalah sistem seleksi elektronik (SSE) yang telah diterapkan sukses.

"Bahkan saya mendapatkan laporan telah mendapatkan rekognisi penghargaan dari MURI sebagai Ujian Masuk Perguruan Tinggi Islam Negeri berbasis Sistem Seleksi Elektronik (SSE) terbanyak. Alhamdulillah kita bersyukur, meskipun dalam situasi dan kondisi Covid-19, ternyata tidak mengurangi peminat yang mendaftar ke PTKIN, baik melalui SPAN maupun UM-PTKIN," jelasnya.

"Selaku Menteri Agama saya sangat mengapresiasi dan tentun saja patut berbangga atas capaian ini, namun demikian jangan mudah berpuas diri karena kompetensi tersebut masih bersifat internal, dimana hemat saya perlu diperketat lagi," tambahnya.

Untuk itu, tantangan bagi panitia dan para Rektor ke depan adalah bagaimana mampu membuat daya tarik kompetisi masuk ke PTKIN dengan animo yang jauh lebih besar lagi dari capaian saat ini.

"Saya ingin ada kebanggaan bagi para siswa atau orang tua untuk pertama kali mendaftar diri ke PTKIN baru ke perguruan tinggi umum dengan jalur yang berbeda," imbuhnya.

Sebagai bangsa dengan umat Islam terbanyak, kata dia, Menag menginginkan jadikan pendidikan Islam sebagai destinasi dunia, pihaknya meminta panitia ke depan untuk dapat memikirkan mekanisme penerimaan mahasiswa luar negeri ke PTKIN yang diseleksi secara nasional, seperti UM-PTKIN ini.

"Tolong difikirkan secara matang dan itu semua harus dimulai dengan komitmen kita terhadap budaya mutu PTKIN yang kita jaga bersama-sama. Saya meyakini jika PTKIN kita berkualitas maka otomatis peminat pun akan banyak yang masuk, baik dari dalam maupun luar negeri," pinta Menag Fahrul Razi.

Mengenai transformasi kelembagaan menjadi UIN harus menjaga kualitas dan mutu perguruan tinggi berbasis ajaran agama Islam. Perubahan kelembagaan juga harus semakin memperkuat distingsi PTKI yang dilahirkan dalam core competency bidang ilmu-ilmu keislaman.

"Bukan justru memperlemah ilmu-ilmu keislaman dengan mandat institusi integrasi Islam dan sains, plus tidak boleh menggerus DNA PTKI sebagai penjaga Islam wasathiyah. Perubahan kelembagaan harus ke arah substantif yang tetap menjaga mutu dan kualitas. Saya minta kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam sebagai penjaga gawang agar lebih selektif dalam hal ini," pungkasnya.***

Editor: Pipin L Hakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah