Namun sayangnya aksi unjuk rasa ini kerap berakhir dengan aksi kekerasan oleh aparat yang menimbulkan korban dari masyarakat sipil.
Sebagai informasi, hinggas saat ini sebanyak 521 warga sipil tewas dalam unjuk rasa anti kudeta.
141 di antara korban jiwa itu meninggal dunia pada Sabtu 27 Maret 2021, dan disebut sebagai hari paling berdarah selama dua bulan kerusuhan, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Selain itu, pertempuran juga terjadi antara tentara dan pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan.
Di mana membuat para pengungsi lari menyelamatkan diri dari kerusuhan, dengan mencari perlindungan di negara-negara tetangga.***