Padahal, menurut Refly, Ma'ruf Amin memiliki ikatan politis dengan FPI, yakni saat aksi demo 212 dan 411 karena saat itu ia tengah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Tidak juga wakil presiden, yang notabene berasal dari satu kelompok ketika ada demo 212 dan 411. Kita tahu waktu itu wakil presiden adalah Ketua MUI, dan MUI waktu itu mengeluarkan fatwa, sehingga muncul GNPF Ulama,” kata Refly.
“Dan FPI adalah tulang punggung dalam aksi unjuk rasa 212 dan 411, yang pada waktu itu memang lebih ditujukan untuk protes terhadap Gubernur DKI (saat itu) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)"
"Bahkan Ma'ruf Amin sendiri yang waktu itu jadi ahli di persidangan, ahli yang memberatkan waktu itu. Sampai akhirnya peta politik berubah, dan kemudian ketua MUI jadi wakil presiden,” ujarnya.
Refly pun menyinggung bahwa dengan kedatangan pihak Kedubes Jerman ke Sekretariat DPP FPI tersebut, yang menunjukkan bahwa Kedubes Jerman tidak takut untuk dianggap pendukung FPI, yang selama ini dicap sebagai kelompok ekstrimis.
“Ini menunjukkan bahwa orang lain lebih peduli. Kedubes Jerman tidak khawatir, tidak takut dicap bahwa mereka mendukung kelompok ekstrimis atau fundamentalis,” tutur Refly.***