Ekonom IHS Markit Sebut Industri Manufaktur Indonesia Menggeliat

2 September 2020, 13:02 WIB
ILUSTRASI: Industri Manufaktur.* /pixabay/tattybadger

POTENSI BISNIS - Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengungkapkan, bahwa industri Manufaktur Indonesia mulai menggeliat.

Berdasarkan data IHS Markit, Purchasing Managers Indek (PMI), sektor manufaktur Indonesia pada Agustus berada di 50,8 lebih baik dari bulan sebelumnya yang berada di posisi 46,9.

Menurutnya, indeks manufaktur di ata 50 sejatinya menunjukkan manufaktur tengah ekspansif, sedangkan di bawah 50 menunjukkan manufaktur mengalami resesi.

Baca Juga: Anda Gagal Dalam Bisnis? Mungkin Anda Memiliki 7 Sifat Pebisnis Gagal

"Untuk pertama kalinya sejak bulan Februari, perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan perbaikan kondisi bisnis pada bulan Agustus dengan pertumbuhan output pada tingkat tercepat selama lebih dari enam tahun, karena bisnis terus menyesuaikan diri dengan melonggarnya pembatasan Covid-19," kata Bernard Aw, pada Selasa 1 Agustus 2020.

Bernard mengatakan, pendorong kenaikan angka PMI adalah pertumbuhan yang solid, baik volume produksi maupun arus masuk pesanan baru pada bulan Agustus.

Hal ini pula didorong pengoperasian bisnis terus membaik di tengah pelonggaran pembatasan Covid-19.

Baca Juga: 5 Fakta Lelaki Lahir di Bulan September: Jika Patah Hati Bisa Drop, Bagaimana dengan Perempuan Yah?

"Permintaan juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitan kembali sehingga membantu mengurangi laju kehilangan pekerjaan. Kepercayaan bisnis meningkat sejak bulan Juli, oleh karena itu data terbaru mengisyaratkan bahwa ekonomi akan bangkit lebih kuat setelah jatuh pada triwulan kedua," ujarnya.

Namun demikian, beberapa indikator survei lain tampaknya belum menunjukkan peningkatan seperti penumpukan pekerjaan, dan ketenagakerjaan yang terus memperingatkan tentang risiko penurunan prospek. Sebagaimana dilansir dari Wartaekonomi.

"Kekhawatirannya adalah bahwa pemulihan tersebut utamanya berasal dari permintaan yang tertahan oleh tindakan lockdown dan bisa goyah setelah kebangkitan awal," kata dia.

"Oleh karena itu, permintaan harus terus membaik dalam beberapa bulan ke depan, tetapi hal yang ditakutkan adalah meningkatnya pengangguran dan kebutuhan berkelanjutan untuk mempertahankan social distancing dapat merusak pemulihan," sambungnya.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler