Kamrussamad: APBN 2021 Tema yang Tepat Ialah Penyelamatan Ekonomi Nasional

15 Agustus 2020, 17:27 WIB
Menyimak Pidato Presiden Joko Widodo menyampaikan RAPBN 2021 dalam Sidang Tahunan MPR 2020, Jumat 14 Agustus 2020./ //facebook.com/kamrussamad.ks

POTENSI BISNIS - Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengungkapkan, pemerintah menargetkan genjot pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5 -5,5 persen untuk tahun depan dinilai akan sulit diwujudkan.

Sehingga, kata dia, semester pertama tahun ini belum ada tanda-tanda sektor rill bergerak.

Maka seharusnya APBN 2021 itu tema yang tepat adalah penyelamatan ekonomi nasional.

Baca Juga: Gubernur Jabar : Pandemi Membawa Hikmah bagi Jabar untuk Sokong UMKM Go Digital

"Pertanyaan yang muncul ialah mampukah tim ekonomi pemerintah mewujudkan hal tersebut dengan mengandalkan sektor konsumsi dan investasu sebagai lokomotif utama, dalam mencapai target pertumbuhan tersebut," kata Kamrussamad yang juga sebagai founder KAHMIPreneur, melalui rilis yang diterima pada Sabtu 15 Agustus 2020.

Dia juga menuturkan, kami tidak meragukan tim ekonomi pemerintah, tetapi kenyataannya kinerja semester pertama sepanjang tahun 2020.

"Terbukti rendahnya penyerapan anggaran, sentralisasi data penerima bansos yang belum ter-update, masih belum bergeraknya sektor riil, semakin rendahnya daya beli, yang semua berujung pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan hingga terganggunya demand site dan supply site,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, koordinasi antar kementerian/lembaga dan Pemda dinilainya belum satu langkah dalam mengimplementasikan kebijakan penanganan pandemi Covid-19 serta dampak yang ditimbulkan.

“Jika kita melihat berbagai pendapat pakar ekonomi yang mengatakan sebenarnya Indonesia sudah masuk resesi pada kuartal II-2020, karena pertumbuhan ekonomi sudah negatif selama dua kuartal berturut-turut, dihitung berdasarkan Quarter-on-Quarter-Seasonally Adjusted (QoQ-SA). Yaitu, kuartal saat ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, setelah dikoreksi faktor musiman,” jelasnya.

Menurutnya, pertumbuhan kuartal I-2020 jika dibandingkan dengan kuartal IV-2019 menunjukan minus 0,7 persen. Sedangkan pertumbuhan kuartal II-2020 dibandingkan kuartal I-2020 mengalami minus 6,9 persen.

“Perhitungan untuk menentukan resesi seperti ini, QoQ-SA, berlaku universal secara internasional,” kata Kamrussamad.

Kendati begitu, lanjutnya, pemerintah mengatakan Indonesia masih belum resesi. Karena pemerintah menggunakan definisi resesi sendiri, yaitu pertumbuhan kuartal saat ini dibandingkan kuartal sama tahun lalu year on year (YoY).

Berdasarkan perhitungan ini maka pertumbuhan kuartal I-2020 terhadap kuartal IV-2019 positif 2,97 persen, dan pertumbuhan kuartal II-2020 terhadap kuartal II-2019 minus 5,32 persen.

Oleh karena itu, pemerintah mengatakan masih belum resesi karena baru satu kuartal negatif.

Kamrussamad mengatakan, pemerintah sepertinya tidak ingin ada stigma Indonesia masuk resesi. Untuk itu, pemerintah berusaha meyakinkan publik kalau ekonomi pada kuartal III-2020 bisa lebih baik dari kuartal III-2019 (YoY).

Pemerintah bahkan berharap pertumbuhan kuartal III-2020 bisa positif sehingga dapat terhindar dari kata resesi yang nampaknya menjadi momok.***

Editor: Pipin L Hakim

Tags

Terkini

Terpopuler