Pariwisata Indonesia Sulit Mendapat Kepercayaan dari Wisatawan, Stafsus: Turun 80 Persen

- 21 November 2020, 22:25 WIB
Ilustrasi: menentukan tujuan wisata
Ilustrasi: menentukan tujuan wisata /pixabay/piviso

POTENSIBISNIS - Pariwisata Indonesia belum sepenuhnya pulih. Bahkan saat ini angka kunjungan wistawan di Indonesia turun 80 persen.

Disebut-sebut, satu di antara faktor turunnya angka kunjungan di tengah wabah Pandemi Covid-19 ini adalah soal kepercayaan.

Staf khusus dan juru bicara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Prabu Revolusi mengatakan, setelah lebih dari sepuluh bulan pandemi berlangsung, Kemenparekraf berupaya mengembalikan kepercayaan wisatawan agar kembali mengunjungi destinasi wisata.

Baca Juga: Beda dengan Jerinx, dr Tirta Ungkap Alasan Dirinya Tak 'Disikat' Gara-gara Kritik

Sebagai satu upaya menumbuhkan kepercayaan wisatawan, maka pemerintah melakukan sejumlah hal yang mesti dipersiapkan.

Satu di antaranya dengan melakukan sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety & Environment) atau Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.

Dikutip PotensiBisnis.com dari berita "Jumlah Wisatawan Anjlok 80 Persen, Prabu Revolusi: Pariwisata Bisa Mati Jika Tidak Ada Pergerakan", Prabu Revolusi mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak terhadap sektor kesehatan tapi juga ke berbagai sektor, satu di antaranya pariwisata.

Pasalnya, pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan virus corona, memaksa banyak orang sulit untuk pergi ke destinasi wisata.

Baca Juga: Sambut Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, Bulog Sulteng Siapkan 50 Ton Gula Pasir untuk Kebutuhan Warga

Tentu saja, dampaknya pada penurunan angka wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.

Bahkan, Prabu Revolusi menyebut bahwa penurunan angka wisatawan di Indonesia hingga mencapai 80 persen.

"Jadi sektor pariwisata itu salah satu yang paling terdampak. Kenapa, karena semua orang engga boleh gerak dan harus di rumah."

"Kalau nggak ada pergerakan (wisatawan) otomatis mati sektor pariwisata," ujar Prabu dalam acara diskusi “Jurnalisme Pariwisata di Era New Normal", di Jakarta, Jumat 20 November 2020.

Baca Juga: Harga Pertalite Turun Rp 1.200 di Jabar, Berikut Jadwal Berlaku, Skema, dan Wilayahnya

"Jadi sektor pariwisata itu satu di antara yang paling terdampak. Kenapa, karena semua orang engga boleh gerak dan harus di rumah."

"Kalau engga ada pergerakan (wisatawan) otomatis mati sektor pariwisata," ujar Prabu yang sebelumnya adalah wartawan televisi.

Kepala Biro Komunikasi, Agustini Rahayu mengatakan, sertifikasi CHSE adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait, lingkungan masyarakat, dan destinasi pariwisata.

"Sertifikasi CHSE ini berfungsi untuk sebagai jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan," ujar Ayu sapaan akrab Agustini Rahayu.

Lebih jauh, Rahayu mengatakan, bahwa program sertifikasi ini ialah satu di antara upaya untuk kembali meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap destinasi wisata sambil tetap menjaga protokol kesehatan.

Dalam situs CHSE disebutkan bahwa saat ini telah ada 7.541 usaha pariwisata yang telah mendapatkan sertifikasi ini di 307 kabupaten dan Kota, serta 34 provinsi.***

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x