Network
POTENSI BISNIS - Menurut Ustadz Adi Hidayat, Sifat hafal dan lupa adalah fitrah dalam kehidupan.
Berbicara soal 'lupa', Ustadz Adi Hidayat atau yang akrab disapa UAH menuturkan sifat ini dibagi menjadi dua.
Pertama, ada lupa yang sifatnya anugrah untuk meringankan beban kehidupan kita.
Kedua, ada lupa yang dicela yang diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan maksiat.
"Ingat, perbuatan maksiat itu akan berdampak pada hubungan jauhnya kita dengan Allah," ucap Ustadz Adi Hidayat dikutip PotensiBisnis.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official.
Perbuatan maksiat itu juga mengakibatkan jauhnya kita untuk menjalani perintah-Nya seperti salat, baca Alquran, dan lainnya.
Sehingga, menurut UAH, perbuatan maksiat menjauhkan kita dari nilai-nilai kebaikan.
Jadi, ada kondisi tertentu saat seseorang mencoba menghafal Alquran mengalami kesulitan, padahal orang itu tidak pernah bermaksiat.
Orang yang dalam kondisi tersebut, menurut UAH ternyata ada hikmah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Di antaranya untuk memberikan tambahan pahala dengan apa yang orang tersebut berusaha menghafalnya.
"Makanya menghafal Quran itu sering saya katakan, bukan seberapa hafalan yang dikumpulkan, tapi berapa banyak ikhtiar kita untuk menghadirkan Quran itu di jiwa kita," ucapnya.
Baca Juga: Tes Psikologi: Apa yang Anda Lihat Pertama Kali Pada Gambar Ini? Ungkap Kelebihan dan Kelemahanmu
Jadi menurut UAH, yang dinilai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah ikhtiar kita, bukan banyaknya hafalan.
"Fitrah hafalan itu kalau ingin kuat tertanam, maka dia harus mengulang-ulang," tutur Ustadz Adi Hidayat.
Lantas, mengapa ada orang yang ketika menghafal Quran mengalami kesulitan?
Menurut Ustadz Adi Hidayat, hal tersebut lantaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala ingin memberikan pahala terlebih dahulu sebelum membuat orang itu hafal.
Sebagaimana yang diketahui, bahwa ketika membaca satu huruf Alquran sama dengan mendapat 10 kebaikan.
Ustadz Adi Hidayat mengatakan bahwa ketika hendak menghafal Alquran, maka pahami dulu rumusnya.
Rumusnya yakni bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala melihat pada prosesnya atau ikhtiarnya, bukan seberapa banyak yang sudah dihafal.
Maka setelah itu terjadi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan memberikan kemudahan bagi kita.***
