Kegunaan Porang Selain Umbinya Dijadikan Tepung dan Mie Ramen Jepang, Ini Ternyata

16 April 2021, 16:13 WIB
Ilustrasi: kegunaan porang tanaman untuk dijadikan tepung dan mie ramen jepang.* /Pixabay


POTENSI BISNIS - Tanaman Porang yang baru-baru ini menjadi biduan publik, lantaran banyak dibicarakan.

Bahkan, bisa jadi tanaman Porang ini banyak dicari oleh masyarakat untuk saat ini. Meski Porang ini dulu dianggap tanaman liar yang tumbuh di pekarangan.

Selain itu, di beberapa daerah ternyata dianggap sebagai makanan ular, (Porang tanaman).
Entah apa awal mulanya, namun kini petani mulai banyak menanam Porang di sejumlah daerah, dengan mnyusulnya permintaah ekspor umbinya.

Baca Juga: Buat Posko Pengaduan THR, Serikat Pekerja Bekasi akan Lakukan Pendampingan bagi Pekerja

Baca Juga: Boleh Mudik Sebelum 6 Mei 2021? Begini Jawaban Kakorlantas

Jenis Porang ini merupakan tanaman umbi-umbian yang memiliki nama latin Amorphophallus Muelleri.

Namun di beberapa daerah di Jawa, tanaman Porang dikenal dengan nama iles-iles. Bahkan budidaya Porang ini terbilang mudah dan murah.

Sebab tak memerlukan banyak perlakuan khusus. Sebab, Porang mudah tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, bahkan di lahan kritis sekalipun.

Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini Jumat 16 April 2021: Riky Curiga ke Rafael soal Elsa dan Andin Nangis

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Minta BPJS Kesehatan Percepat Integrasi Data Kepesertaan JKP

Manfaat Porang, terutama umbinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung konjak, atau tepung glucomannan.

Tepung ini yang kemudian dipakai sebagai bahan utama olahan Shirataki, Mie Bening yang dikonsumsi di Asia Pasifik.

Berbeda dari tepung terigu atau tepung beras, konjak sendiri dikenal memiliki banyak serat. Oleh karena itu, Shirataki berbahan dari konjak memiliki rasa lebih kenyal, namun karbohidratnya lebih sedikit.

Mie Shirataki ini juga seringkali dipakai untuk ramen di Jepang, popularitasnya juga terus meningkat lantaran dipercaya sebagai menu diet dan gaya hidup sehat.

Segini Modalnya Manfaat porang juga biasanya diolah menjadi bahan baku produk kosmetik, pengental, lem.

“Manfaat porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, juga untuk pembuatan lem dan jelly yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke luar negeri, seperti Jepang dan China,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Dari data yang dirilis Kementerian Pertanian, jika dijadikan sebagai tanaman budidaya pertanian, keunggulan pohon porang yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian antara 0 sampai 700 mdpl.

Tanaman porang juga relatif bisa bertahan di tanah kering. Umbinya atau bibit porang juga bisa didapatkan dengan mudah, sementara tanamanya hanya memperlukan perawatan yang minim.

Bibit pohon porang biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbi yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.

Kendati begitu, tanaman ini baru bisa menghasilkan umbi yang baik pada usia di atas satu tahun sehingga masa panennya cukup lama.

Di Madiun Jawa Timur contohnya, tanaman porang kini banyak dibudidayakan petani setempat. Ini karena harga porang relatif lebih menjanjikan dibandingkan tanaman budidaya lain.

Harga porang iris kering yang terus melonjak dari tahun ke tahun menjadikan banyak petani yang banting setir menanam porang.

Hampir semua hasil umbi porang di Madiun diekspor sebagai bahan baku ramen atau mi tradisional Jepang, serta untuk bahan konyaku dan kosmetik.

Beberapa tahun lalu saja, harga porang segar sudah mencapai Rp 4.000 per kg. Lalu harga porang yang sudah dikeringkan atau sudah berbentuk keripik berkisar Rp 15.000 sampai Rp 30.000 per kg.

Harganya bisa melonjak menjadi di atas Rp 100.000 per kg setelah diolah lebih lanjut seperti diolah menjadi tepung glukomannan.

Negara tujuan ekspornya antara lain Jepang, China, Australia, dan Vietnam. Badan Karantina Pertanian mencatat, pada tahun 2018 ekspor tepung porang mencapai 254 ton dengan nilai Rp 11,31 miliar. Ekspor ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sentra-sentra budidaya porang dan pengolahan umbi porang menjadi tepung saat ini tersebar di Bandung, Maros, Wonogiri, Madiun, dan Pasuruan.

Namun begitu, menanam tanaman porang juga memiliki beberapa kekurangan. Porang termasuk komoditas yang terbilang baru naik pamor, sehingga pengolahannya dan pemasarannya masih terbatas di beberapa sentra daerah.

Agar mendapatkan harga jual yang baik, petani disarankan terlebih dahulu mencari pasar sebelum melakukan penanaman tanaman porang (porang tanaman).

Beberapa pengepul bahkan memberikan kontrak harga porang saat dipanen. Kekurangan lainnya dalam budidaya porang, adalah tanaman porang lazimnya baru bisa dipanen umbinya setelah dua tahun saat umbi sudah cukup besar.

Ini artinya, budidaya porang memerlukan waktu lebih lama ketimbang tanaman seperti padi, jagung, umbi-umbian, dan komoditas pertanian lainnya.

Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap tahunnya (pada musim penghujan).

Sementara saat musim kemarau, pertumbuhannya terbilang lambat, bahkan terhenti.

Namun begitu, tanaman porang dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya, yang berarti petani tak harus mengeluarkan biaya untuk menanam kembali pasca-dipanen (budidaya porang).***

Editor: Pipin L Hakim

Tags

Terkini

Terpopuler